Ahad 24 Nov 2013 17:04 WIB

Pedagang Keluhkan Kondisi Pasar Desa Cikupa

Rep: Nurhamidah/ Red: Djibril Muhammad
 Pedagang merapihkan kaset bekas yang dijual di Pasar Lama Tangerang, Banten, Kamis (7/11).  (Antara/Rivan Awal Lingga)
Pedagang merapihkan kaset bekas yang dijual di Pasar Lama Tangerang, Banten, Kamis (7/11). (Antara/Rivan Awal Lingga)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Para pedagang di Pasar Desa Cikupa, Kabupaten Tangerang mengeluh tentang kondisi dan kelayakan pasar yang mengkhawatirkan.

Sejumlah pedagang menyebut permasalahan pasar seperti becek, sering mati lampu, kumuh dan penuh dengan sampah, sampai persaingan dengan pasar modern, Ahad (24/11).

Pasar yang terletak di Jalan Raya Serang, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang hampir setiap harinya menjadi titik kemacetan parah.

Letak pasar yang langsung menghadap jalan utama dengan lahan terbatas membuat banyak pedagang berjualan di pinggir jalan. Bagian depan pasar ini terletak semrawut karena lahan sempit tidak memiliki lahan parkir.

Para pedagang yang tidak mempunyai lapak di bagian dalam pasar memilih bahu jalan sebagai lading pencari nafkahnya.

Oji (40) salah seorang pedagang di Pasar Desa Cikupa memaparkan kondisi pasar memang sudah lama seperti itu.

Menurut dia, kepemilikan pasar tersebut masih dikelola oleh pihak desa bukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda).

"Wajar karena masih milik desa bukan pemda jadi kondisinya begini. Sampah terbengkalai dimana – mana, sering mati lampu, dan kalau hujan bisa banjir semata kaki," kata pedagang pakaian tersebut kepada Republika.

Ia mengakui kondisi lantai pasar saja yang dulunya sudah beralaskan keramik saat ini menjadi tertutup tanah. Hampir seluruh bagian pasar becek dan jalan lorongnya bertebaran oleh tumpukan sampah.

Padahal setiap harinya para pedagang harus membayar sejumlah uang retribusi. Namun kenyataannya sampah tersebut kadang diangkut atau tidak. Oleh sebab itu, terkadang pedagang sendiri yang membersihkan sampah di depan lapaknya.

"Pasar ini sering mati lampu apalagi kalau pas musim hujan, akhir – akhir ini saja sudah enam kali," ungkapnya.

Saat kondisi mati lampu maka seluruh pasar menjadi gelap gulita. Para pedagang terpaksa harus memakai lilin untuk penerangan. Saat tidak hujan pun kondisi pasar sudah becek apalagi saat hujan maka kondisi pasar tambah becek.

Selain kondisi pasar yang memprihatinkan pedagang pun harus bersaing dengan adanya pasar–pasar modern.

Menurut Oji, saat ini pedagang pasar harus bersaing dengan dua pasar modern yang mengapitnya. Meskipun letaknya sekitar 300–500 meteran tetap saja banyak masyarakat lebih memilih supermarket.

Ia memaklumi karena kondisi pasar modern lebih bersih dan tertata dari pasar tersebut. Ia berharap ke depannya akan ada solusi untuk perbaikan dan penataan tersebut.

Pedagang lainnya, Agus (33) menyatakan hal serupa namun ia lebih menyoroti tentang PKL yang berjualan di pinggir jalan. "Pasar ini jangan dikenal karena bikin macetnya, tapi mau gimana lagi lahan parkir saja gak ada," ungkapnya.

Ia mengakui pengunjung pasar saat ini tidak seramai dulu. Ia menyebut sebelumnya pada Sabtu–Minggu sangat ramai sekarang biasa saja seperti hari biasa. Selain itu, ia menambahkan untuk kebersihan pasar terkadang tergantung pedagang juga yang membersihkan sampahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement