REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi berpendapat, para pendidik dan orang tua tidak perlu kaget dengan kriminalitas yang dilakukan anak-anak. Sebab, semua itu adalah cermin lemahnya penghargaan kepada mereka.
Karenanya, pria yang akrab disapa Kak Seto ini mengajak masyarakat dan pemerintah menghargai potensi anak. "Hargai mereka," kata Kak Seto di Jakarta, Sabtu (23/11).
Ia berkata, dinamika pelajar sudah membara, labil dan penuh gejolak. Parahnya, dinamika ini tidak disalurkan ke dalam wadah yang tepat seperti olahraga, pentas seni atau cerdas cermat.
Sebab, menurut Kak Seto, gelanggang remaja yang notebenenya menjadi penampung kreativitas anak sangat minim. Alhasil, dinamika itu tersalurkan ke hal yang negatif di antaranya mencuri, membajak, narkoba, seks bebas, dan tawuran. "Mereka punya agresivitas. Dan itu yang tertekan. Butuh pengeluaran," tutur Kak Seto.
Tertekannya agresivitas dan minim penyaluran yang digadang-gadang Kak Seto sebagai pemicu kriminalitas anak, tidak dipahami berbagai pihak. Termasuk, Dinas Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, guru dan orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya.
Kak Seto berkata, penyaluran seperti di bidang olahraga, anak dan pelajar bisa mendapatkan banyak pelajaran. Dalam olahraga, ada pelajaran bekerja dahulu baru mendapatkan apa yang diinginkan, menghargai sesama teman dan orang lain, kerja sama, dan kesabaran jika kalah di pertandingan.