REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Film daerah memiliki arti penting sebagai dokumentasi bagi perkembangan dan pelestarian bahasa daerah, kata pakar Perfilman Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Hadi Artono pada diskusi film bertema "Apresiasi Festival Film Daerah" di Kampus Unpad Jatinangor Kabupaten Sumedang.
"Sebaiknya setiap film daerah tetap menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Film Batak tetap menggunakan Bahasa Batak, film Bali menggunakan Bahasa Bali, film Sunda menggunakan Bahasa Sunda. Biar berkembang etnik-etnik itu," kata Hadi di Bandung, Jumat (23/11).
Ia menyebutkan Indonesia terdiri dari sekumpulan etnik yang mendukung budaya nasional, dimana setiap enik memiliki cirinya masing-masing. "Itu merupakan kekayaan yang kita miliki, perlu dikembangkan dan didukung oleh semua pemangku kepentingan. Film daerah punya potensi untuk perkembangan dan pelestarian bahasa daerah," katanya.
Hadi menjelaskan dalam membuat video, dibutuhkan adanya penggabungan antara teknologi dan artistik. Ketika digabung, maka harus ada pesan yang disampaikan. "Ketika membuat film, teknologi yang canggih saja tidak cukup, begitu juga sebaliknya," katanya.
Ia menyebutkan, dalam membuat film, ada lima hal yang harus diprioritaskan. Pertama, adalah kru yang hebat, yang mengerti bagaimana cara membuat film yang baik, kemudian perhitungan biaya, skenario, SOP dan distribusi. "Banyak pemula yang mengesampingkan urusan biaya ini. Padahal, hal ini harus diprioritaskan, juga kurang fokus distribusi padahal itu penting," kata Hadi.