Jumat 22 Nov 2013 13:43 WIB

Semarang Pun Antisipasi Potensi Dampak Erupsi Merapi

Rep: Bowo Pribadi/ Red: A.Syalaby Ichsan
Gunung Merapi
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Menyusul imbauan kewaspadaan bagi warga yang berada di kawasan terdampak bencana Gunung Merapi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang tak luput menyiapkan langkah-langkah antisipasi.

Belajar dari pengalaman erupsi Gunung Merapi --tahun 2010 lalu, sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang juga digunakan untuk menampung sejumlah pengungsi warga terdampak erupsi Merapi, dari wilayah Kabupaten Magelag serta Kabupaten Boyolali.

Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Purbatinhadi mengatakan, saat erupsi tiga tahun lalu, sejumlah desa di wilayah Kecamataan Kaliwungu menjadi shelter sementara bagi sebagian pengungsi asal Kecamatan Cepogo dan Selo.

“Sebagai daerah yang wilayahnya berdekatan, Kabupaten Semarang pun harus  mengantisipasi jika sewaktu- waktu dibutuhkan untuk menampung para pengungsi yang tinggal di wilayah terdampak bencana erupsi Merapi,” ujarnya di Ungaran, Jumat (22/11).

Terkait hal ini, lanjutnya, BPBD Kabupaten Semarang telah mengkoordinasikan agar para pemangku kepentingan penanganan darurat bencana di wilayah yang berdekatan dengan kawasan terdampak erupsi Merapi untuk selalu siaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Pihaknya juga meminta agar jajaran SAR dan satgas siaga bencana di wilayah Kecamatan yang berdekatan ini untuk mendukung kesiapan tersebut, “Sehingga, jika sewaktu- waktu dibutuhkan Kabupaten Semarang juga dapat bertindak cepat,” tambahnya.

Seperti diketahui, menyusul terjadinya erupsi freatik yang terjadi Senin (18/11) lalu, sejumlah warga di wilayah kawasan rawan bencana (KRB) diimbau untuk mewaspadai situasi gunung berapi yang ada di wilayah perbatasan provinsi Jawa Tengah dan DIY ini.

Meski aktivitas Gunung Merapi masih berstatus normal aktif,  Pemkab Sleman bahkan telah mengeluarkan imbauan agar warga yang tinggal di KRB tetap meningkatkan kewaspadaan. Karena terpantaunya retakan pada kubah lava Merapi.

Purbatinhadi menambahkan, penanganan darurat bencana tidak mengenal kewilayahan. Sudah menjadi kewajiban siapapun yang dapat bergerak cepat dapat segera bertindak guna menghindari jatuhnya korban jiwa massal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement