REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Markas Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram, Rabu, "didobrak" puluhan mahasiswa yang menuntut pencopotan Kapolres Bima, terkait aksi pemukulan yang dilakukan oknum polisi terhadap sejumlah mahasiswa di Kabupaten Bima.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) terlibat aksi saling dorong dengan aparat kepolisian yang saat itu tengah berjaga di pintu depan Markas Polda NTB.
Aksi unjuk rasa puluhan mahasiswa siang itu merupakan bentuk solidaritas atas pemukulan dan pengeroyokan oleh oknum polisi terhadap beberapa mahasiswa di Bima pada Senin (18/11).
Ketika itu, kata seorang demonstran, sejumlah mahasiswa berunjuk rasa menuntut penutupan salah satu hotel di Bima yang ketahuan menggelar tarian striptis, melanggar nilai budaya, adat istiadat dan agama.
Menyikapi aksi tersebut, kata dia, aparat kepolisian dan Satpol PP yang melakukan penjagaan, telah bertindak di luar batas.
Muhammad Ali, koordinator lapangan aksi menambahkan, kurang dari satu jam aksi demo di Bima berlangsung, aparat langsung melakukan pembubaran paksa. Akibatnya, lanjut Ali, beberapa kendaraan bermotor, mobil dan bendera IMM dirusak oleh petugas.
Bersamaan dengan itu, beberapa demonstran kena pukul aparat keamanan.
"Tindakan pemukulan dan pengeroyokan yang telah dilakukan oleh oknum kepolisian dan Satpol PP Kabupaten Bima, sudah melampaui batas dan bengis," kata Ali.
Bahkan, lanjut Ali, tiga kader IMM yang saat itu ikut melakukan aksi, terkena peluru karet dan saat ini masih terbaring lemah di Rumah Sakit Kabupaten Bima. Sementara yang lainnya mengaku terkena pukul petugas.
Atas insiden ini, mahasiswa menuntut Kapolda NTB mencopot Kapolres Bima dan minta maaf secara tertulis di media massa terkait aksi pemukulan yang dilakukan oknum polisi.
Selain itu, mahasiswa juga menuntut ganti rugi atas kerusakan kendaraan milik mahasiswa di tempat kejadian. "Yang terpenting, Kapolda dapat menutup operasional salah satu hotel di Bima yang diduga kerap digunakan sebagai tempat prostitusi terselubung," ujar Ali, menandaskan.