Rabu 20 Nov 2013 18:09 WIB

Cara TNI Redam Arogansi Militer Belum Berhasil

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Hazliansyah
Dua anggota Yonif Linud 305/Tengkorak Telukjambe menjenguk salah seorang anggota Polres Karawang (kiri) yang menjadi korban peristiwa bentrokan antara TNI-Brimob, di Rumah Sakit Cito Karawang, Jabar, Rabu (20/11).
Foto: Antara/M. Ali Khumaini
Dua anggota Yonif Linud 305/Tengkorak Telukjambe menjenguk salah seorang anggota Polres Karawang (kiri) yang menjadi korban peristiwa bentrokan antara TNI-Brimob, di Rumah Sakit Cito Karawang, Jabar, Rabu (20/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya yang dilakukan TNI untuk meredam arogansi militer dinilai belum berhasil. Sejumlah kegiatan yang diselenggarakan bersama pihak kepolisian, belum mampu membendung konflik antarkedua institusi keamanan negara tersebut.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, bentrokan yang terjadi tidak selalu karena didikan satuan di lembaga. Menurut dia, hal itu bisa dilatarbelakangi oleh sikap masing-masing individu.

"Kami tidak kurang memberikan arahan, penyuluhan dan pembinaan ke pasukan. Mungkin orangnya itu memang tempramen dan suka berkelahi," kata Iskandar pada Republika saat dikonfirmasi, Rabu (20/11)

Dia menambahkan, TNI dan polisi juga kerap menyelenggarakan kegiatan bersama seperti coffe morning, olahraga gabungan dan sejumlah acara lain untuk mempersatukan kedua satuan korps tersebut.

Ke depan, kata Iskandar, perlu dicari solusi bersama mengenai akar masalah yang terjadi antara polisi dan TNI. Sebelum itu direncanakan, dia menambahkan, pihaknya mewanti-wanti seluruh personel untuk lebih mawas diri.

"Sekarang ini TNI yang bertugas di jalan harus waspada dulu," ujar dia.

Sebelumnya bentrokan antara polisi dan TNI berlangsung pada Selasa (19/11) malam di depan Mega Mall Karawang. Peristiwa itu diduga muncul lantaran kesalahpahaman kedua belah pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement