REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) agar program moda transportasi kendaraan bermotor roda empat yang hemat energi dan harga terjangkau (low cost green car/LCGC) untuk angkutan pedesaan terus berjalan. Demikian disampaikan Kepala BPPT Marzan Iskandar kepada ROL, Rabu (20/11). "Untuk merealisasikannya memang diperlukan upaya yang berkesinambungan," kata Marzan.
Menurut Marzan, BPPT memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung program tersebut. Fasilitas itu antara lain desain sampai pengujian mobil. "Akhir 2013, desain platform pertama akan dihasilkan dengan beberapa komponen, terutama engine (mesin) yang masih impor. Tapi, telah dilakukan optimasi kapasitasnya (mesin)," ujarnya.
Meskipun begitu, Marzan menyebut terdpat sejumlah kendala untuk pengembangannya. Kendala-kendala itu terutama dari sisi industri pendukung. "Industri yang terlibat umumnya masih industri kecil dengan volume yang kecil, belum ada industri besar yang tertarik untuk terlibat dalam program ini," kata Marzan.
Masing-masing industri tersebut mempunyai platform masing-masing sehingga untuk pengembangannya, memerlukan sumber daya yang besar. Rantai pasok (supply chain) komponen pendukung, ujar Marzan, juga belum terbentuk. "Untuk itu, BPPT mulai tahun ini membuat program untuk membantu pengembangan tersebut yang diharapkan dapat menjadi platform bersama," ungkapnya.
Ditemui kemarin selepas Sidang Paripurna DPD RI, Selasa (19/11), Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan pengembangan LCGC untuk angkutan pedesaan masih menunggu kesediaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memulainya. BUMN yang dimaksud oleh Hidayat adalah BUMN yang bergerak di bidang permesinan.
"Kami masih mencari BUMN yang bisa melaksanakan itu. Investor swasta baru akan tertarik jika BUMN telah memulainya terlebih dahulu," ujar Marzan.