Senin 18 Nov 2013 20:45 WIB

Ribuan Profesor Dipersatukan di Bogor

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Rektor IPB Herry Suhardiyanto
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Rektor IPB Herry Suhardiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebagai bentuk sinergitas Indonesia dan Malaysia, Asosiasi Profesof Indonesia (API) yang mewakili 600 profesor Indonesia bersama Majlis Professor Negara (MPN) yang mewadahi 2.300 profesor Malaysia membentuk wadah kerja sama Ikatan Profesor Indonesia Malaysia (IPIMA), Senin (18/11).

Dalam pembahasan perdananya, IPIMA membahas persoalan pangan bersama Institut Pertanian Bogor. Melalui kegiatan awal ini kedua negara diharapkan bisa bahu membahu mengatasi masalah pangan di kedua negara.

Selain pangan, kluster keilmuan lain pun akan dibahas melalui forum-forum ilmiah dan penelitian guna mencari solusi bersama yang dapat digunakan pengambil kebijakan. Melalui forum para ilmuwan ini kedua pihak juga berharap persahabatan yang terjalin dapat semakin baik.

Rektor IPB, Herry Suhardiyanto, mengatakan menjelang Asian Ecomomy Community perdagangan bahan pangan akan jadi isu krusial. Oleh sebab itu perlu persiapan untuk melindungi pengakses pangan. "Pemilik bisnis pangan akan mengambil untung, sementara yang tidak mampu bisa terpinggirkan," kata Herry.

Jika dijumlahkan, Herry melanjutkan, produk komoditas Indonesia dan Malaysia sangat besar seperti crude palm oil (CPO) dan karet. Sayangnya, Indonesia dan Malaysia belum bisa berperan sebagai penentu harga.

CPO selalu diangkat jadi bahan isu negatif oleh kompetitor kedua bangsa serumpun ini. Selain itu, banyaknya kesamaan lainnya antara Indonesia dan Malaysia hendaknya menjadi sarana bekerja sama dan berukhuwah.

Sebagai forum akademisi, ranah IPMI berfokus pada kajian strategis dan riset. Hasil pemikiran IPIMA nantinya akan diajukan ke pemerintah masing-masing. "Apa yang dihasilkan adalah pandangan para akademisi dan peneliti yang lugas apa adanya," kata Herry.

Setia Usaha Agung (Sekretaris Jenderal) Majelis Profesor Negara, Prof Datuk Dr  Raduan Che Rose mengatakan forum ini monumental karena ribuan profesor digabungkan dalam lembaga satu pemikiran. Isu pangan yang dibahas saat ini pun baru pembuka sebelum pembicaraan semakin luas.

"Lembaga ini pemikir negara. Lembaga yang memberi ide pembangunan negara berdasarkan landasan empiris dan independen. Kami harap buah pikiran kami bisa dieksekusi lembaga-lembaga negara," ujarnya.

Ia juga mengatakan akan ada keterlibatan pemerintahan kedua negara. Manfaat yang besar dari IPIMA bagia kedua negara juga tentu sangat diharapkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement