REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, kembali erupsi sehingga mengeluarkan suara gemuruh dan asap tebal. Akibatnya wilayah Boyolali hingga Solo diselimuti hujan abu, Senin (18/11).
Peristiwa keluarnya asap tebal dari puncak Merapi tersebut menyebabkan terjadinya hujan abu di wilayah Cepogo, Musuk Boyolali. Sejumlah kendaraan roda empat yang melintas dari Boyolali ke Solo, juga terlihat terkena abu Merapi cukup tebal.
Sebagian warga yang mulai beraktivitas ke luar rumah atau berangkat bekerja di wilayah Boyolali banyak mengenakan jas hujan guna menghindari abu.
Yulianto salah satu warga Boyolali, mengatakan peristiwa hujan abu dari puncak Merapi terjadi sekitar pukul 06.00 WIB.
Menurut Tumar (45) seorang tokoh masyarakat Desa Jrakah Selo Boyolali, peristiwa Merapi yang mengeluarkan asab tebal disertai suara gemuruh keras terjadi dari puncak sekitar pukul 05.00 WIB. Namun, kata dia, karena kejadian masih pagi puncak Merapi terlihat tidak begitu jelas dengan kasat mata.
Warga lereng Merapi mendengar suara gemuruh dan merasakan getaran seperti gempa bumi dari puncak. Mereka banyak yang keluar rumah melihat kondisi puncak Merapi.
"Warga Jrakah mendengar suara gemuruh dan merasakan terjadi gempa yang berpusat dari puncak Merapi," kata Tumar.
Peristiwa tersebut kemudian terjadi hujan abu di daerah Selo, Cepogo, dan Musuk di Boyolali. Namun, warga sekitar lereng Merapi tetap melakukan kegiatan seperti biasa ke ladangnya untuk bercocok tanam sayur-sayuran.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Jrakah, Aswar NurManaji, mengatakan, dari pantauan kasat mata di Pos Pengamatan Gunung Merapi di Jrakah, terjadi asap tebal sekitar pukul 05.00 WIB.
Tetapi, pihaknya belum bisa memastikan terjadi adanya guguran lava dari puncak karena tidak terlihat dari Pos Jrakah. "Kami hanya dapat mendengar suara saja, dan kami juga masih menunggu hasil evaluasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) di Yogyakarta.