REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika direalisasikan, koalisi partai-partai Islam pada Pemilu 2014 dinilai bisa menjadi magnet elektoral baru bagi partai-partai tersebut. Setidaknya, koalisi akan mengangkat kembali keberadaan partai Islam di tengah kontestasi politik Indonesia.
"Itu bisa menjadi magnet elektoral baru bagi mereka. Paling tidak mengangkat lagi isu partai itu, dan bisa membuat barisan baru," kata Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda, di Jakarta, Ahad (17/11).
Menyatukan partai-partai Islam, menurut Hata memang tidak mudah. Lantaran setiap partai memiliki ideologi yang besar dan sulit menyatu. Masing-masing partai juga memiliki tantangan untuk menemukan figur yang laik diusung bersama.
"Karena masing-masing partai punya tokoh kuat sendiri, misalnya PKS dengan Anis Matta, PAN dengan Hatta Rajasa, PKB punya Mahfud MD, Rhoma Irama, bahkan belakangan muncul nama Pak JK (Jusuf Kalla). Nama-nama ini agak sulit mempersatukan mereka," ujarnya.
Selain itu, wacana poros tengah dinilai Hanta masih belum relevan. Karena poros tengah seolah-olah ada dua pporos besar lainnya. Padahal belum jelas yang dimaksud poros A itu siapa saja. Begitu pula poros besar lainnya. "Apakah yang dimaksud poros A itu PDI-P dengan Jokowi dan Mega. Atau poros lainnya Prabowo dengan Aburizal Bakrie misalnya," jelasnya.
Meski begitu, figur-figur dari partai Islam dinilai Hanta tetap memiliki peluang besar dalam pemilihan presiden nanti. Jika tidak kuat diusung sebagai capres, mereka bisa diusulkan sebagai calon wakil presiden dari partai-partai besar atau partai nasionalis lainnya. Misalnya dengan mengusung Mahfud MD atau Hatta Rajasa mendampingi capres dari partai nasionalis seperti Demokrat dan Golkar.