REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus kebakaran di Kabupaten Sleman tergolong tinggi. Jumlah kebakaran di Sleman dari Januari hingga awal November 2013 tercatat mencapai 60 kasus dengan kerugian hingga Rp 6 miliar. Dari catatan Unit Pelayanan Teknis Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Sleman, jumlah kebakaran meningkat selama dua tahun terakhir.
Pada 2011, kebakaran di Sleman terdata hingga 67 kasus. Jumlah itu meningkat hingga 80 kejadian pada 2012. Kasus kebakaran di Sleman tersebut lebih tinggi dibandingkan Kota Yogyakarta yang tahun lalu berjumlah 30-40 kasus.
Kepala UPT Damkar, Ismu Achmad Widodo mengatakan, kebakaran di Sleman masih terjadi meski musim penghujan. "Di musim penghujan, kebakaran bukan berarti tidak turun karena listrik sering mati sehingga penggunaan lilin dan lampu teplok rawan menyebabkan kebakaran," terang dia di kantornya, Jumat (15/11).
Kasus kebakaran paling banyak berada di daerah Depok, Sleman, Godean, Mlati, Gamping, dan Ngaglik. Wilayah tersebut termasuk memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. "Kasus kebakaran mengikuti perkembangan pemukiman," ungkapnya.
Kerugian akibat kebakaran hingga September 2013 tercatat mencapai Rp 6 miliar. Jumlah kerugian tersebut dihitung dari 48 kasus kebakaran. Kerugian tertinggi dialami PT Aswira Rastika di Pelemgurih karena kebakaran pada Juli 2013 lalu yang menghanguskan aset Rp 5 miliar.
Pada musim kering, kebakaran biasa terjadi di lahan tebu dan rumpun bambu. Penyebabnya, api dari pembakaran sampah yang kerap merembet ke bangunan. Saat musim kemarau yang kering seperti Juni-Agustus, dinilai merupakan bulan rawan kebakaran. Ismu menyatakan jumlah kebakaran biasanya meningkat di bulan tersebut.
Namun, Sleman hanya memiliki empat mobil pemadam kebakaran. Bahkan, dua di antaranya telah rusak. Mobil kebakaran tersebut pun dilengkapi dengan dua mobil tangki air. Tahun ini, Damkar Sleman mendapat tambahan satu mobil tangga setinggi 14 meter.
Kurangnya armada mobil pemadam diikuti minimnya personel di Damkar. UPT Damkar Sleman hanya memiliki 26 personel yang ditambah enam orang di tata usaha. Jumlah personel tersebut dibagi menjadi empat regu dengan anggota 6-7 orang. Satu regu pemadam berjaga setiap hari dalam tiga pembagian jam kerja.
Antisipasi kebakaran di Sleman pun terkendala dengan minimnya hidran kota. Damkar menyatakan hanya ada tiga titik hidran yakni di depan kantor pemerintah daerah, kantor samsat, dan pos patroli jalan raya Meguwoharjo. "Idealnya, setiap kecamatan memiliki hidran," ungkap Ismu.