Jumat 15 Nov 2013 13:28 WIB

Loyalis Anas Urbaningrum Penuhi Panggilan KPK

Loyalis Anas Urbaningrum, Tri Dianto
Foto: ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
Loyalis Anas Urbaningrum, Tri Dianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Loyalis mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Tri Dianto memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menjadi saksi atas Anas terkait penyidikan dugaan penerimaan hadiah atau janji pembangunan sarana dan prasarana olahraga di Bukit Hambalang.

"Saya sebagai saksi atas nama tersangka Anas (Urbaningrum)," kata Tri, saat tiba di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (15/11).

Sebelumnya KPK telah menjadwalkan pemeriksaan kepada Tri pada Kamis (14/11) kemarin, namun ia mengaku tidak menerima surat panggilan dari penyidik KPK tersebut.

"Sebetulnya kemarin saya dijadwalkan diperiksa, cuma bukan saya takut tetapi karena surat panggilannya nggak ada. Lalu jam 11 siang penyidik telepon kenapa nggak datang," jelasnya.

Pada kesempatan ini Tri juga bermaksud menemui pimpinan KPK terkait masalah dana kas ormas loyalis Anas, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), yang menurut Tri telah disita penyidik KPK saat menggeledah kediaman Anas.

Penyidik KPK sita uang sejumlah Rp 1 miliar yang ditemukan dalam tas di lemari yang terletak di lantai dua di salah satu kediaman pribadi Anas pada penggeledahan untuk istri Anas, Attiyah Laila, yang berstatus sebagai saksi untuk tersangka kasus Hambalang, Mahfud Suroso, selaku Direktur PT Dutasari Citralaras.

"Saya berharap KPK mau mengembalikan kas PPI yang disita di markas PPI di Duren Sawit, karena saya sudah janji ultimatum pada KPK 2x24 jam," tutur anggota PPI itu.

Adapun Juru Bicara KPK Johan Budi sudah menegaskan bahwa uang yang disita KPK tersebut merupakan uang pribadi.

"KPK menemukan ada uang-uang lain juga, tetapi tidak disita, karena tidak terkait dengan penyidikan. Sedangkan, uang Rp1 miliar berkaitan dengan kasus yang kita sidik, maka disita," ungkap Johan, Rabu (13/11).

Anas yang diduga menggunakan uang negara sebesar Rp 50 miliar pada Januari 2010 untuk mendanai kemenangan dirinya saat merebut kursi ketua umum dalam kongres Demokrat di Bandung, Mei 2011 telah ditetapkan sebagai tersangka pada 22 Februari 2013.

Nama Anas juga disebut dalam dakwaan Deddy Kusdinar bahwa Anas menerima dana sebesar Rp 2,21 miliar dari proyek Hambalang yang digunakan untuk pencalonan Anas sebagai ketua umum Partai Demokrat.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement