REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Indonesia bakal kehilangan hampir separuh tenaga ahli nuklir yang bertugas di Kementerian Riset dan Teknologi. Itu lantaran para ahli nuklir tersebut harus memasuki masa pensiun.
"Banyaknya tenaga ahli nuklir yang masuk masa pensiun ini, tentu saja akan banyak berpengaruh pada program pengembangan teknologi dan energi nuklir," kata Kepala Pusat Reaktor Serbaguna GA Siwabessy Serpong, Alim Tarigan, Kamis (13/11).
Saat ini Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) memiliki 3.000 pegawai dan ratusan orang diantaranya berstatus tenaga ahli.
Mengantisipasi kekosongan tenaga ahli tersebut, Kemenristek kini memberikan beasiswa kepada ratusan putra Indonesia untuk mempelajari berbagai hal tentang nuklir.
Kemampuan para tenaga ahli nuklir Indonesia saat ini belum berfungsi maksimal. Karenanya, masih banyaknya kendala program pengembangan energi nuklir di Indonesia.
Pengembangan nuklir nasional, kata dia, belum mendapatkan dukungan dari masyarakat maupun perusahaan secara luas. Karena, masih ada kekhawatiran tentang berbagai hal akibat kurangnya sosialisasi tentang manfaat nuklir bagi perkembangan teknologi.
"Terkendalanya program pengembangan energi nuklir di Indonesia, membuat para tenaga ahli yang ada tidak bisa dimanfaatkan keahliannya secara maksimal," katanya.
Padahal, tambah Alim Tarigan, Indonesia sudah sangat siap untuk mengembangkan nuklir menjadi energi guna mengantisipasi ancaman krisis energi.
Lebih jauh, Indonesia sudah cukup berpengalaman dalam pengelolaan energi nuklir. Hal tersebut terbukti dari berdirinya reaktor serbaguna di sejumlah daerah seperti Serpong, Bandung dan Jogya sejak 26 tahun lalu.
Sejauh ini keberadaan reaktor serbaguna tersebut untuk kepentingan penelitian, produksi, industri, kesehatan dan pertanian.