Senin 11 Nov 2013 02:27 WIB

Djoko Santoso: Swasta Juga Bisa Jadi Pahlawan

Djoko Santoso
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Djoko Santoso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Gerakan Indonesia Asa, Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso mengatakan pada era kini sebutan pahlawan itu tak lagi dimonopoli mereka yang angkat senjata melawan musuh, kalangan swasta pun banyak yang sesungguhnya bisa dikatakan pahlawan.

"Pahlawan itu untuk masa kini bisa juga termasuk mereka yang dari swasta, bukan lagi monopoli mereka yang mengangkat senjata seperti di masa lalu," kata Djoko Santoso, mantan Panglima TNI 2007-2010, saat ditanya wartawan mengenai nilai-nilai kepahlawanan sehubungan dengan Hari Pahlawan, 10 November, di Jakarta, Ahad (10/11).

Dijumpai wartawan di Bandara Soekarno-Hatta sepulang dari kunjungan ke daerah, Djoko Santoso mengatakan contohnya pengusaha yang bertekad membesarkan usahanya sehingga bisa menyediakan lapangan kerja kepada ribuan orang. Usaha mereka itupun menghasilkan pajak buat negara.

"Lihat Pak Rudy Kirana (pemilik sebuah perusahaan penerbangan swasta besar, Red.), beliau itu sukses membesarkan perusahaan penerbangannya. Saya tak dibayar oleh yang bersangkutan untuk berkomentar seperti ini, tapi faktanya kan demikian," kata Djoko.

Djoko meminta semua lapisan masyarakat obyektif menilai arti penting hasil karya kalangan swasta itu bagi kemajuan bangsa dan negara. "Perhatikan saja, kini banyak daerah terpencil bisa terlayani oleh layanan penerbangan swasta sehingga mendorong pertumbuhan usaha setempat," katanya.

Dengan demikian, katanya, jika memandang nilai-nilai kepahlawanan pada masa kini, hendaknya dimasukkan pula kontribusi kalangan swasta di berbagai lapangan, baik di perdagangan dan industri, pendidikan maupun berbagai bidang lain.

Meski demikian, Djoko meminta kalangan swasta juga menerapkan etika bisnis yang baik dalam kegiatan usaha mereka sehingga masyarakat tidak merasa dirugikan. Juga, diharapkan faktor keselamatan dan keamanan dinomorsatukan, sehingga harus dipertimbangkan lagi impor ban-ban pesawat bekas, misalnya.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement