REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Balitbang Kemdikbud Heri Setiadi mengatakan jumlah buku yang menarik perlu ditambah agar indeks membaca masyarakat Indonesia yang terbilang rendah dapat meningkat.
"Perlu diperbanyak lagi jumlah buku buku yang menarik untuk dibaca agar masyarakat lebih bergairah untuk membaca," kata Heri ketika dihubungi Republika Ahad (10/11).
Selain dengan memperbanyak buku yang menarik untuk dibaca, lanjut Heri, perlu ada sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai manfaat membaca. "Bahwa membaca adalah sumber ilmu pengetahuan," ujarnya.
Sebelumnya Gubernur Jabar Ahmad Heriyawan pada deklarasi "Relawan Indonesia Membaca", di Gedung Merdeka Bandung, Sabtu (9/11) mengungkapkan indeks membaca di Indonesia yang masih sangat rendah dibanding dengan negara-negara lainnya.
Indeks membaca di Indonesia yang minim yaitu hanya 0,001. Sementara di Amerika 0,5, Singapura dan Hongkong indeks membacanya 0,55.
Artinya di Indonesia satu buku dibaca 1.000 orang. Sementara di Singapura dan Hongkong, 1.000 orang baca 550 buku.
Senada dengan Aher (sapaan akrab Ahmad Heriyawan) Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan, Musliar Kasim, mengatakan minat baca anak Indonesia sangat kurang.
Menurut Musliar, ada beberapa kemungkinan atau penyebab rendahnya minat baca. Salah satunya orang tua yang tidak membiasakan anak-anaknya membaca. Karena itu ia mengimbau orang tua dan tenaga pendidik untuk menumbuhkan kebiasaan membaca kepada anak-anak.
“Kebiasaan membaca kalau dipelihara dan disebarluaskan ke anak didik kita akan memberikan manfaat yang luar biasa,” katanya.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya minat membaca adalah tidak banyak tersedia buku-buku yang menarik, terutama buku cerita.