REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan dilakukannya penyelidikan terhadap penyebab kecelakaan helikopter MI-17 milik TNI AD yang jatuh di Kalimantan Utara dan menyebabkan sedikitnya 13 korban jiwa. "Masih terlalu dini bagi kita untuk menyimpulkan penyebab terjatuhnya helikopter MI-17 yang bisa dikatakan relatif baru tersebut. Untuk itu diperintahkan untuk dilakukan investigasi mengenai apa yang menjadi penyebab jatuhnya helikopter tersebut," kata Juru Bicara Presiden Julian A Pasha di Jakarta, Ahad (10/11).
Julian, yang mendampingi Presiden Yudhoyono memimpin rapat terbatas di ruang tamu kompleks Taman Makam Pahlawan Kalibata, mengatakan jika Presiden juga meminta agar korban yang meninggal dunia saat melakukan tugas negara di daerah perbatasan Kalimantan tersebut memperoleh santunan. Presiden, tambah Julian, juga meminta agar segera dilakukan proses penanganan dan evakuasi terhadap para korban meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Sebelumnya disebutkan seluruh korban yang selamat telah dievakuasi ke Rumah Sakit AL Tarakan, Kalimantan Utara. Sementara itu melalui akun jejaring sosial Twitter, @SBYudhoyono, Presiden Yudhoyono meminta dilakukannya investigasi lanjutan tentang musibah jatuhnya helikopter MI-17 TNI AD, dan bantuan santunan untuk keluarga korban.
Sebanyak 13 orang dilaporkan tewas, sementara enam lainnya terluka akibat kecelakaan helikopter MI-17 milik TNI Angkatan Darat di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu (9/11). Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigadir Jenderal TNI Rukman Ahmad menjelaskan, helikopter MI-17 milik TNI AD oleng sebelum mendarat di helipad Pos Bulan Desa Long Jelet, Kecamatan Punjungan, Kabupaten Malinau, Kaltara.
Kronologis kejadian yakni pada pukul 09.00 WITA helikopter MI-17 TNI AD lepas landas dari Tarakan dengan enam kru penerbang dan satu pengawas dari militer serta dua warga sipil selaku pemborong pekerjaan pos pengamanan perbatasan. Rukman mengatakan, transportasi menuju Pos Bulan hanya dapat dilakukan melalui jalur udara karena ketiadaan jalur darat ataupun jalur air.
Kemudian pada pukul 10.15 WITA helikopter mendarat di Desa Apauping, Kaltara untuk mengangkut lagi 10 pekerja yang akan membuat pos, sehingga total penumpang berjumlah 19 orang. Selanjutnya pukul 10.25 WITA, helikopter lepas landas dari Desa Apauping menuju Pos Bulan. Lantas pukul 10.45 WITA, ketika helikopter melakukan proses pendekatan untuk mendarat sekitar 300 meter dari helipad, helikopter oleng dan jatuh di jurang pada pegunungan dengan ketinggian 800 meter dari permukaan laut.
Rukman mengatakan, helikopter MI-17 terbakar setelah jatuh, dan mengakibatkan korban meninggal 13 orang dan korban selamat enam orang. Tiga belas korban meninggal yaitu (1) Kapten Cpn Wahyu Ramdan (FE); (2) Kapten Czi Sardi (Denzibag Tarakan); (3) Lettu Cpn Agung Budiarjo; (4) Lettu Cpn Rohmad; (5) Serka Aan Prayitno; (6) Desi; (7) Wahyu; (8) Belong Lenggang; (9) Lingling; (10) Asun; (11) Sam; (12) Ging; dan (13) Rodest.
Sementara enam korban selamat yaitu (1) Sertu Joko Karsono; (2) Praka Tigor M.T. Siburian; (3) Mendan; (4) Albert; (5) Fredy; dan (6) Njuk.