REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama pagi ini meresmikan penggantian nama Halte Bus TransJakarta Grogol menjadi Halte "Grogol 12 Reformasi". Penggantian nama halte itu bertujuan untuk mengenang sejarah reformasi Indonesia yang terjadi di lokasi tersebut pada 12 Mei 1998 lalu.
"Supaya orang selalu ingat bahwa ada orang yang ditakdirkan jadi martir untuk mereformasi negeri ini. Kalau tidak ada reformasi, ya tidak mungkin ada Jokowi-Ahok di DKI ini. Karena tidak akan ada pemilihan langsung juga," kata pria asal Belitung Timur ini, Ahad (10/11).
Penggantian nama Halte Grogol 12 Mei Reformasi tersebut digagas oleh mahasiswa Universitas Trisakti yang lokasi kampusnya persis berada di seberang halte. Seperti diketahui, peristiwa reformasi yang terjadi 15 tahun lalu itu telah menewaskan empat mahasiswa Trisakti.
Ahok, begitu ia biasa disapa, juga mendukung rencana mahasiswa menata taman di persimpangan Jalan Kyai Tapa dan Jalan S Parman untuk dijadikan taman sejarah.
"Taman di sekitar sini, kalau Trisakti mau kerjain bagus. Yang penting ada tulisan 12 Mei Reformasi nanti. Ini perlawanan yang tak boleh berhenti," kata wagub yang juga alumni Universitas Trisakti itu.
Sementara itu Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, Mahesa Satadini Husain mengatakan, penggantian nama halte bertujuan untuk mengingatkan generasi muda akan peristiwa yang telah membawa perubahan besar pada bangsa Indonesia. Sebab, menurut dia, 15 tahun pascareformasi sudah memasuki masa kedaluwarsa. Artinya, generasi muda tidak lagi merasakan efek langsung dari peristiwa reformasi.
"Kita mencoba melawan lupa itu dengan upaya simbolis penggantian nama halte ini. Supaya masyarakat selalu ingat," jelasnya.
Menurut Mahesa, dipilihnya Hari Pahlawan sebagai hari peresmian penggantian nama halte, merupakan bentuk apresiasi terhadap empat senior mereka yang tewas dalam peristiwa reformasi. Sebab, bagi mereka, empat mahasiswa Trisakti yang tertembak pada 12 Mei 1998 lalu juga merupakan pahlawan bangsa.