REPUBLIKA.CO.ID, Kenaikan harga udang basah di pasaran menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh pada Oktober 2013, yakni sebesar 0,40 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh Hermanto di Banda Aceh, Sabtu mengatakan, komoditas udang basah memberi andil bagian terhadap inflasi di Aceh sebesar 0,23 persen.
"Secara umum inflasi yang terjadi di Aceh dipengaruhi oleh kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar," katanya.
Dijelaskannya inflasi yang terjadi di provinsi ujung paling barat Indonesia itu ditandai kenaikan indeks harga konsumen dari 138,38 pada bulan September 2013 menjadi 138,94 pada bulan Oktober 2013.
Disebutkan dia, dari dua kota yang di pantau IHKnya yakni Banda Aceh dan Lhokseumawe, kedua kawasan tersebut mengalami inflasi masing-masing 0,17 persen dan 0,64 persen.
Laju inflasi tahun kalender 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013 untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 5,78 persen, Lhokseumawe 7,70 persen dan Aceh 6,71 persen.
Sedangkan inflasi Oktober 2013 terhadap Oktober 2012 "Year on Year" Banda Aceh sebesar 5,61 persen, Lhokseumawe 7,10 persen dan Provinsi Aceh 6,34 persen.
Ia menambahkan, sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain, ikan tongkol, daging ayam ras, ikan kembung, emas perhiasan, bandeng, bawang merah dan apel.
Dari 16 kota di sumatera yang dipantau IHKnya sebanyak 15 kota mengalami inflasi dan satu kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,25 persen dan terendah Pangkal Pinang sebesar 0,14 persen.
Sedangkan satu kota lainnya yang mengalami deflasi pada Oktober 2013 adalah Tanjung Pinang dengan deflasi sebesar 0,29 persen.