Kamis 31 Oct 2013 13:51 WIB

Anggaran Kebencanaan di Kota Yogyakarta Capai Rp 5 M

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Kota Yogyakarta
Foto: blogspot.com
Kota Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menganggarkan dana penanggulangan bencana pada APBD 2013 ini mencapai Rp 5 Miliar. Dana tersebut terbagi dalam beberapa mata anggaran.

"Dana kebencanaan ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan ada di Pos Anggaran Tak Terduga," ujar Kepala Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta, Kadri Renggono, Kamis (31/10).

Menurut dia, anggaran yang bisa digunakan untuk dana kebencanaan pada Pos Anggaran Tak Terduga ada sebesar Rp 4 Miliar. Sedangkan anggaran kebencanaan di BPBD dan beberapa instansi terkait sepertii Dinas Sosial dan Kesehatan mencapai Rp 1 Miliar.

Anggaran bencana di Pos Tak Terduga sendiri kata dia, bisa digunakan jika daerah dalam kondisi darurat termasuk darurat bencana. "Nanti akan ada tim penilai apakah masuk kategori darurat atau tidak," katanya.

Tim penilai inilah yang akan memberikan rekomendasi kepada Wali Kota untuk mengeluarkan keputusan wali kota terkait kondiisi darurat tersebut. Keputusan inilah yang digunakan sebagai dasar pengeluaran dana tak terduga tersebut. "Untuk kegiatan rutin BPBD sudah ada dana terkait kebencanaan ini," katanya.

Kepala BPBD Kota Yogyakarta, Agus Winarta mengatakan, pada musim penghujan tahun ini pihaknya tengah mendata ulang titik-titik rawan bencana baik itu angin puting beliung, banjir, tanah longsor dan banjir lahar dingin.

"Kita sudah koordinasi dengan wilayah dan elemen penanggulangan bencana untuk siaga setiap saat," katanya.

Pihaknya, kata Agus, juga sudah mendata ulang, posko pengungsi, dan titik kumpul awal untuk mengevakuasi korban jika bencana terjadi.

Saat ini kata dia, pihaknya sudah memasang alat peringatan dini banjir lahar dingin di sepanjang Bantaran Kali Code. Enam alat peringatan dini ini di pasang di wilayah Jetis, Jogoyudan, Rusunawa Juminahan, Sayidan dan di Mergangsan.

"Alat-alat tersebut sudah kita cek semua dan berfungsi dengan baik, kemarin ada yang terkena petir namun sudah kita perbaiki," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan hasil pendataan Balai Penyelidikan  dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi  (BPPTKG) Yogyakarta, material hasil erupsi Merapi 2010 yang berpotensi menjadi banjir lahar dingin masih mencapai 58 juta meter kubik.

Tumpukan material vulkanis ini berada di tujuh sungai yang berhulu di Kaki Merapi. "Berdasarkan hasil survei kami beberapa bulan lalu, tumpukan material ini sebagian besar ada di tujuh sungai di kaki Merapi," ujar Kasie Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta, Sri Sumarti.

Ketujuh sungai ini menurutnya adalah, Kali Putih dengan potensi banjir lahar dingin mencapai 7 juta meter kubik, Kali Senowo 5,5 juta meter kubik, Kali Trising 5,6 juta meter kubik, Kali Apu sebesar 8,7 meter kubik, Kali Pabelan 8,1 juta meter kubik, Kali Gendol 19 Juta Meter Kubik, dan Kali Woro 3,9 Juta Meter Kubik.

Selain tujuh kali ini, ada beberapa sungai lain yang berhulu di kaki Merapi dan juga berpotensi terkena lahar dingin. Sungai itu adalah Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Krasak dan Kali Kuning. Namun menurut Sri Sumarti, potensi lahar dingin di keempat sungai tersebut diperkirakan masih bisa tertampung di badan sungai.

"Banyaknya pengerukan pasir membuat badan sungai semakin dalam sehingga kita perkirakan masih bisa tertampung di sungai-sungai itu. Meskipun mungkin banjirnya (luapanm air tanpa material Merapi) masih bisa berpotensi," katanya.

Kali Boyong sendiri merupakan hulu dari Kali Code yang membelah Kota Yogyakarta. Potensi banjir lahar dingin yang cukup besar ada di Kali Gendol yang merupakan sungai yang mengarah di Candi Prambanan serta Kali Woro yang mengarah ke Klaten dan Kali Pabelan ke Magelang.

Banjir lahar dingin Merapi sendiri kata dia, bisa terjadi jika intensitas hujan di puncak Merapi mencapai 80 milimeter/ jam dalam kurun dua jam berturut-turut.

"Kalau pascaerupsi 2010 kemarin intensitas hujan 40 milimeter/ jam dalam kurun dua jam berturut-turut sudah bisa menjadi banjir lahar dingin, tetapi sekarang material Merapi sudah semakin memadat sehingga dibutuhkan intensitas hujan yang lebih besar," katanya.

BPPTKG sendiri kata dia, sudah menempatkan alat peringatan dini banjir lahar dingin Merapi yang ditempatkan di hulu beberapa sungai di kaki Merapi. Alat peringatan dini ini masih berfungsi maksimal. Alat-alat tersebut di tempatkan di Kali Opak, Woro, Putih, Senowo, Lamat dan Kali Boyong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement