REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wieke Gur, pendiri bahasakita.com, menyebut rasa bangga menggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan anak muda makin berkurang. Meskipun demikian, kata dia, penyebabnya bukan karena generasi muda tidak suka, tetapi karena mereka tidak tahu.
"Mereka tidak tahu bagaimana berbahasa yang baik. Akhirnya mereka kagok menggunakan bahasa Indonesia. Ketidakmampuan itu yang menumbuhkan rasa ketidakpercayaan diri," ujar Wieke yang juga seorang pencipta lagu.
Menurut Wieke, masih banyak generasi muda yang tidak paham bagaimana menggunakan dan menulis dalam bahasa Indonesia. Contoh kecilnya saja dalam penulisan kalimat sehari-hari seperti walaupun dan dimana.
"Banyak yang tidak tahu cara menulisnya harus disambung atau dipisah. Mungkin kelihatannya sederhana, tapi sangat penting," ujarnya
Menurut Wieke, kondisi tersebut terjadi karena pola pembelajaran yang terjadi saat ini masih tradisional, yaitu hanya melalui buku dan sekolah. Sementara, anak muda masa kini lebih menyukai berkomunikasi melalui media sosial.
Sayangnya, lanjut dia, di media sosial tidak ada badan resmi yang memasukkan unsur pembelajaran bahasa Indonesia. Sehingga, bahasa yang berkembang adalah bahasa yang dibuat oleh kalangan mereka sendiri.
Karenanya, dia menilai, media sosial harus dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi positif, khususnya pada generasi muda. Selain itu, lanjut Wieke, peran media massa juga sangat penting dalam membumikan bahasa Indonesia.
"Media massa itu kan sering dijadikan rujukan bagaimana penulisan yang benar. Karenanya mereka harus memutakhirkan bahasa," kata Wieke.