REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengeluhkan minimnya pasokan bahan bakar gas (BBG) untuk memenuhi kebutuhan transportasi di ibu kota. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menerima kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Balaikota DKI Jakarta.
Dikatakan Jokowi, dalam waktu dekat ribuan bus baik Transjakarta maupun bus sedang berbahan bakar gas akan segera datang. Saat ini kebutuhan gas untuk BBG di Jakarta mencapai 13,1 micro monitoring station (MMS). Sementara setelah ribuan bus datang diperkirakan kebutuhannya meningkat hingga 23,1 MMS. "Sebentar lagi akan datang 1.000 bus Transjakarta, 3.000 bus sedang, dan 4.000 bajaj yang berbahan bakar gas. Sehingga kita membutuhkan suplai BBG yang tidak sedikit," ujar Jokowi, seperti dilansir situs beritajakarta.
Diakui Jokowi, semula Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait sudah putus asa dengan kurangnya ketersediaan BBG di Jakarta. Sehingga diusulkan agar pengadaan bus tidak lagi yang ber-BBG. Namun Jokowi tetap bersikukuh untuk menggunakan BBG karena juga untuk mendukung program pemerintah yakni konversi BBM ke BBG. "Tapi saya berani untuk tetap menggunakan BBG karena sudah disanggupi oleh Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) dan Pertamina untuk memenuhi kebutuhan BBG di Jakarta," katanya.
Ditambahkan Jokowi, pemerintah pusat akan tetap kekurangan jika harga perliternya masih berada di angka Rp 3.100. Sebab pihak swasta tidak ada yang tertarik untuk berinvestasi. Sehingga dirinya menyarankan agar harga BBG dinaikan untuk menarik minat swasta. "Menurut saya kalau tetap pada angka Rp 3.100 dan tidak diubah, maka swasta tidak mau masuk dan kita akan kesulitan. Kuncinya disitu," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI, Sutan Bhatoegana menambahkan, pihaknya akan membantu Pemprov DKI Jakarta dengan cara mendesak Pemerintah Pusat menjamin ketersediaan BBG. "Usulan ini kami tampung. Nanti akan dibicarakan lagi dengan pihak-pihak terkait, agar penyediaan BBG bisa terpenuhi," tandas Sutan.