Senin 28 Oct 2013 13:28 WIB

Anak Nekat Aniaya Ayahnya yang Pemabuk Hingga Tewas

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Citra Listya Rini
Penganiayaan (Ilustrasi)
Penganiayaan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Merasa kesal dengan kebiasaan orang tuanya yang suka mabuk, I Gede Putu Ariawan alias Bonto (19 tahun), menasehati ayahnya I Gede Dite (70) sambil marah-marah. 

Cekcok mulut anak-ayah itu memuncak, saat Dite merasa tidak terima dengan sikap anaknya dan keduanya saling dorong dan akhirnya Dite terjatuh, bagian belakang kepalanya membentur pojok dipan dan akhirnya tewas.

Peristiwa itu terjadi Ahad (27/10) pagi di kediaman korban di Banjar Lebuh Pura Ayu, Desa Tribhuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali. Tersangka pelaku kini ditahan di Mapolsek Abang, sedangkan jenazah korban dibawa ke RSU Pusat Sanglah Denpasar, untuk dilakukan visum. 

"Kami belum menyimpulkan apa-apa atas kasus ini, karena sedang dilakukan pendalaman-pendalaman," kata Kapolres Karangasem, AKBP Rudi Efendi SIK.

Kepada Republika, Senin (28/10), Rudi didampingi Kasat Reskrim AKP Adnan Pandibu mengemukakan, bahwa pihaknya telah memeriksa tersangka, dimana tersangka sangat kooperatif dan mengakui perbuatan-perbuatannya.

Akibat perbuatannya itu terang Kapolres, tersangka diancam dengan pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal. "Tersangka bisa dikenakan bukuman penjara paling laa tujuh tahun.

Sementara itu Kasat Reskrim, Adnan Pandibu mengatakan, kejadian penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal itu bermula dari korban Dite yang baru pulang dari minum-minum sekitar 05.00 wita. 

Sesampai di rumah, Dite marah-marah dan sebagaimana diakui tersangka, mereka kemudian terlibat cekcok. Kepada petugas penyidik, tesangka mengatakan kalau pihaknya merasa kesal dengan perlakuan ayahnya yang sering marah-marah setelah mabuk-mabukan.

Saat terjadi perang mulut dan aksi saling dorong, tersangka yang lebih mudah dan memiliki fisik lebih kuat, mendorong ayahnya hingga terjatuh dan bagian belakang kepalanya membentur pojok dipan. Akibat benturan itu, korban tidak berkutik lagi. 

Karena panik, tersangka menggantung ayahnya di kamar, dengan tujuan menghilangkan jejak, seolah-olah ayahnya mati bunuh diri. Selesai menggantung jenazah ayahnya, tersangka kemudian melanjutkan aktivitas mengarit rumput di ladang.

Namun polisi tidak bisa dibohongi, dan melihat ada kejanggalan-kjanggalan di tubuh korban, pertama ada bekas luka di bagian kepala korban dan ada tetesan darah di lantai kamar korban. Selain itu, kaki korban saat tergantung, masih menyentuh lantai. "Kalau orang bunuh diri, pastilah kakinya juga tergantung, bukan menyentuh lantai. 

Setelah kami periksa, tersangka mengaku kalau dia menggantung mayat ayahnya untuk menghilangkan jejak.

Sementara itu sumber lain mengatakan, Gede Dita sudah meninggal sebelum digantung di plafon kamar tidur. Korban dihabisi anaknya sendiri dengan cara memukulkan talanan atau kayu alas pemotong sayur dan daging ke bagian belakang kepala korban. 

Namun Kasat Reskrim, Adnan Pandibu menolak mengomentari hal itu dan mengajak menunggu hasil visum. Beberapa barang bukti kini diamankan polisi, diantaranya kain sewek yang diguakan menggantung korban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement