REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi mengakui, pihaknya memiliki sejumlah kendala dan keterbatasan dalam menanggulangi persoalan sampah di kotanya.
Hal itu dimulai seperti, terbatasnya sumber daya manusia (SDM), hingga sejumlah sarana dan fasilitas yang dimiliki Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)-nya.
Kepala Bidang Kebersihan DKP Kota Cimahi, Nana Sujana mengatakan, terkait masih terbatasnya sejumlah sarana dan fasilitas yang dimiliki, satu di antaranya ialah motor angkut sampah.
"DKP hanya memiliki 22 unit motor sampah. Dan kini yang bisa beroperasi 14 motor saja," katanya, Ahad (27/10).
Ia menjelaskan, sebanyak 14 unit motor angkut sampah itu, bekerja untuk mengangkut sampah yang tersebar di tiga wilayah kecamatan di Cimahi. "Sementara enam hingga delapan unit sisanya, sekarang ini tidak laik jalan," ujarnya.
Nana menerangkan, alasan mengapa sebanyak delapan unit motor sampah rusak, ialah karena biaya perawatannya yang cukup mahal.
Motor dan mesin motor angkut sampah ini, ungkapnya, buatan Cina. Kapasitas masing-masing beban sampah yang bisa diangkut masuk ke dalamnya pun, yaitu sekitar 800 kilogram (Kg) sampah.
Namun sayangnya, tutur Nana, seringkali petugas mengangkut beban sampah yang melebihi daya kapasitas angkut si motor. Ia mengungkapkan, memang kemungkinan hal tersebut, tak terlepas dari masih terbatasnya SDM dan sarana yang dialami DKP.
"Belum lagi mengapa rentan rusaknya motor sampah ini, ialah karena tingginya korosi sampah," katanya menjelaskan.
Ia menjelaskan, korosi yang dihasilkan dari diangkut dan ditimbunnya sampah, sangat besar merusak rangka bak motor sampah. Belum lagi, cairan yang dihasilkan sampah semakin menambah tingkat korosi tersebut.
"Seringkali di lapangan, motor mengangkut sekitar 1.000 kg sampah," katanya yang juga menyebut, terbatasnya anggaran menjadi salah satu penyebab juga.
Meski demikian namun ia menegaskan, setidaknya dalam waktu dekat ke depan, hambatan terkait hal ini tak akan terjadi lagi. Sebab, di Oktober 2013 ini Pemkot Cimahi akan mendapatkan bantuan sebanyak 25 unit motor angkut sampah dari pemerintah provinsi.
"Ya, 25 unit. Ini bantuan dari provinsi tahun 2013. Semoga bulan ini bantuannya bisa segera datang," harapnya. Sehingga, kerja angkut sampah di tiga wilayah di Cimahi pun bisa bergulir cepat.
Ia melanjutkan, adapun kendala lainnya yang kini turut menjadi pekerjaan rumah besar bagi DKP Cimahi ialah, kehadiran tempat pembuangan akhir (TPA) dan tempat penampungan sementara (TPS).
Nana mengungkapkan, atas hal tersebut, pemkot dan DKP Kota Cimahi akan lebih mengoptimalkan lagi fungsi sejumlah TPS yang kini dimiliki.
Hal ini digencarkan, sebab menyusul akan segera ditutupnya TPA Regional Sarimukti milik Provinsi Jawa Barat yang terletak di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, pada 2015 mendatang.
Jika penutupan ini benar dilakukan, maka Cimahi ke depan tak bisa lagi membuang sampah di TPA tersebut. Sebab, untuk membangun TPA sendiri pun, Kota Cimahi masih terhambat oleh sejumlah persoalan teknis.
Oleh sebab itu penambahan fungsi puluhan TPS yang ada, menjadi tempat pembuangan sampah terpadu (TPST), menjadi salah satu tujuan DKP.
"Dari 67 TPS yang Cimahi miliki, 10-nya akan kami jadikan TPST. Di mana di dalamnya, sampah-sampah tak hanya ditampung, tapi juga diolah dan dikelola," imbuhnya seraya mengatakan, produksi sampah sehari di Cimahi sebesar 723 ribu meter kubik.