Kamis 24 Oct 2013 18:09 WIB

Fadli Zon: Reformasi Lahirkan Pelambatan Generasi Kepemimpinan

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon (berkacamata)
Foto: Antara
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon (berkacamata)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai era reformasi saat ini turut melahirkan pelambatan regenerasi kepemimpinan dan adanya pergeseran nilai ketokohan.

"Kalau pada periode awal kemerdekaan Republik Indonesia tokoh-tokoh muda tampil sebagai pemimpin nasional, maka saat ini tokoh-tokoh tua yang tampil sebagai pemimpin dan terus bertahan," kata Fadli Zon pada diskusi 'Dialektika: Pemuda dan Kepemimpinan Bangsa' di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis (24/10).

Pembicara lainnya pada diskusi tersebut adalah Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso, Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait, dan Ketua DPP Partai Hanura Yuddy Chrisnandy.

Menurut Fadli Zon, era reformasi yang bergulir sejak 1998 mengubah sistem politik nasional secara besar-besaran dan melahirkan era demokrasi. Namun soal regenerasi kepemimpinan, menurut dia, pada awal reformasi tidak ada aturan yang mengatur soal regenerasi, sehingga di partai politik tidak ada batasan seseorang bisa memimpin sampai berapa lama.

"Apalagi sistem politik yang terbentuk kemudian mengikuti tokoh-tokoh yang memiliki uang banyak yang bisa tampil sebagai pemimpin," katanya. Menurut dia, tokoh-tokoh yang memiliki uang banyak adalah tokoh tua sehingga yang lebih banyak tampil sebagai pemimpin adalah tokoh tua.

Ia menilai, demokrasi yang terbentuk setelah era reformasi saat ini adalah demokrasi berbiaya mahal dan hanya sedikit orang yang berani tampil sebagai calon pemimpin. Fadli Zon melihat proses rekrutmen kepemimpinan di partai-partai politik tergantung pada pimpinan partai politik.

Ia juga melihat proses demokrasi yang berkembang di Indonesia agak berbeda dengan di negara-negara lain. "Demokrasi di Indonesia tidak tumbuh dari bawah tapi berkembang dari atas," katanya.

Menurut dia, dengan sistem politik saat ini partai politik sudah menjadi seperti perusahaan yang dikuasai oleh orang-orang tertentu. Partai politik saat ini, kata dia, tidak lagi berbicara soal program, tapi lebih mengutamakan figur yang konsekuensinya membutuhkan modal besar. "Hal ini merupakan pergeseran nilai-nilai ketokohan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement