REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kasus HIV AIDS di Kota Bekasi sudah sangat menghawatirkan. Kota Bekasi menempati posisi kedua di Jawa Barat setelah Kota Bandung.
"Bekasi jadi peringkat kedua di Jawa Barat dalam kasus HIV AIDS. Ini sungguh prestasi yang buruk bagi Kota Bekasi," ungkap Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (Kabid PMK) Dinkes Kota Bekasi, Tetty Manurung kepada Republika, Rabu (23/10).
Dia menjelaskan, perlu ada langkah pasti untuk menekan tingginya kasus HIV AIDS ini. Dia menambahkan, tercatat di Kota Bekasi, penderita HIV mencapai 2.670 dan penderita AIDS mencapai 887.
Apabila tidak diantisipasi, ia melanjutkan, tidak menutup kemungkinan jumlah penderita ini akan terus meningkat. Menurutnya, Dinas Kesehatan Kota Bekasi telah mencoba menekan tingginya Kasus HIV AIDS.
Dia menjelaskan, Dinkes telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencoba memberikan pelayanan bagi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA).
"Untuk RS swasta baik itu milik pemerintah maupun swasta, sudah ada 34 yang sudah ada pelayanan AIDS. Sedangkan untuk puskesmas, ada 31 puskesmas yang disiapkan melayani kasus HIV AIDS ini," katanya menegaskan.
Dia mengatakan, masyarakat Kota Bekasi khususnya remaja belum memahami penyebaran penyakit HIV AIDS, dan kurang kesadaran dalam mengunakan kondom.
"Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit HIV AIDS, diduga menjadi penyebab penderita AIDS terus meningkat setiap tahunnya," tuturnya
Tetty menegaskan, akan melakukan sosilisasi pencegahan penyakit AIDS ke hotel dan tempat hiburan, terutama upaya pengetahuan komprehensif tentang penggunaan kondom.
Selain itu, dengan memperbanyak forum komunikasi dan koordinasi dengan tokoh agama, ia menambahkan, masyarakat dan budayawan setempat dapat meminimalisir pola sikap dan tindakan sebagai masyarakat kelompok marginal yang cenderung diskriminatif terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), sehingga bisa mencegah penyebaraan penyakit HIV AIDS.
Dia memaparkan, perlu peran serta beberapa dinas terkait untuk bersama membantu penekanan kasus HIV AIDS ini. Dinkes saat ini, sambungnya, tidak bisa bergerak sendiri untuk menangani hal ini. Terlebih lagi, menurut Tetty, anggaran untuk penanggulangan kasus HIV AIDS masih sangat minim.
"Diharapkan ada penambahan anggaran untuk penanggulangan kasus HIV ini," katanya menegaskan.
Sementara itu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumah Sedaya mencatat jumlah penderita HIV AIDS di Kota Bekasi, Jawa Barat, mengalami peningkatan hingga 50 persen dalam setahun terakhir ini.
"Peningkatan yang cukup signifikan tersebut disumbangkan tren baru penularan virus ini melalui hubungan heteroseksual," ujar Pegiat LSM Rumah Sedaya yang intens pada pendampingan Orang Dengan HIV AIDS Darmawan.
Menurut dia, tren penularan melalui hubungan heteroseksual tersebut meningkat dalam kurun waktu tahun 2012-2013. Adapun sebelumnya, penyumbang terbesar penjangkitan virus ialah melalui jarum suntik yang digunakan para pecandu narkoba.
Dari total peningkatan jumlah penderita HIV AIDS, sambungnya, sekitar 60-80 persen terjangkit HIV AIDS melalui hubungan heteroseksual.
Darmawan mengatakan, penularan virus melalui cara ini biasanya terjadi pada kegiatan prostitusi. Banyak pekerja seks komersial yang menderita HIV AIDS dan menularkannya pada warga yang menggunakan.
Penularan melalui hubungan heteroseksual, lanjutnya, dalam pernikahan ini biasanya terjadi karena suami atau istri yang telah terjangkit virus tidak mengetahui dirinya mengidap HIV AIDS.