Selasa 22 Oct 2013 18:27 WIB

LSI: Ini Bukan Tudingan Pertama

Rep: Ira Sasmita/ Red: Mansyur Faqih
peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Al Faraby
Foto: Antara
peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Al Faraby

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menanggapi santai kritikan atas rilis poling yang dirilis Ahad (20/10). Menurut dia, tudingan LSI melakukan dan merilis hasil survei berdasarkan kepentingan kelompok tertentu kerap dilontarkan.

"Ini bukan tudingan pertama, Juni 2011 kami sudah rilis menempatkan Partai Demokrat di urutan kedua karena kasus korupsi, dan Golkar di urutan pertama. Saat itu juga dituding, tapi setelah merilis itu, lembaga lain juga merilis hasil yang sama," kata peneliti LSI Adjie Alfaraby saat dihubungi Republika, Selasa (22/10).

Bahkan, lanjut Adjie, kritikan kembali dilontarkan saat LSI mengeluarkan hasil survei pada 2012 dan Maret 2013. Karena hasilnya selalu menampilkan merosotnya elektabilitas Demokrat. Namun, keterpilihan Golkar selalu berada di posisi atas.

Menurut dia, hasil jajak pendapat LSI sebenarnya terkonfirmasi dengan sendirinya saat lembaga-lembaga survei lain merilis hasil jajak pendapat mereka. Karena Partai Golkar memang cenderung menempati urutan teratas jika bicara soal elektabilitas.

Ketika kritikan disampaikan menyangkut indikator survei, capres wacana dan riil, menurut Adjie, sebenarnya LSI memiliki landasan yang kuat. Karena UU Pilpres secara jelas menyebutkan syarat ambang batas parlemen dan presidential bagi pemilihan presiden. 

Disambungkan dengan elektabilitas partai, menurutnya wajar bila hanya tiga nama yang laik diusung sebagai kandidat capres. "Sulit membayangkan tokoh seperti Prabowo Subianto  masuk dalam pencapresan mengingat elektabilitas Partai Gerindra saja tidak mencapai 3,5 persen," ujarnya.

Sementara tokoh seperti Joko Widodo yang banyak diunggulkan, belum dipastikan PDI Perjuangan diusung sebagai kandidat capres. Karena itu, ujar Adjie, naif bila LSI mempertaruhkan kredibilitas yang telah terbangun cukup lama hanya dengan merilis hasil survei yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. 

Menurutnya, kajian LSI merupakan hasil jajak pendapat yang dilakukan sesuai aturan dan kajian statistik yang benar. "Kami kan lembaga survei yang sudah cukup lama, naif kalau kredibilitas dipertaruhkan hanya karena merilis hasil survei yang menguntungkan satu kelompok tertentu," ujar Adjie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement