Senin 21 Oct 2013 11:09 WIB

Hari Ini, KPH Notonegoro 'Nyantri', Dikenalkan Kehidupan Kraton Yogya

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Djibril Muhammad
Putri keempat Raja Keraton Ngayogyakarta Sri Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu (kiri) didampingi calon suami, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro, saat jumpa pers di Keraton Yogyakarta, Jumat (11/10).
Foto: Antara
Putri keempat Raja Keraton Ngayogyakarta Sri Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu (kiri) didampingi calon suami, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro, saat jumpa pers di Keraton Yogyakarta, Jumat (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Hari ini (Senin, 21/10) merupakan hari pertama prosesi pernikahan GKR Hayu dan KPH Wironegoro. Pada hari pertama ini ada berbagai prosesi pernikahan yakni nyantri, Siraman, pasang tarub, tantingan dan midodareni.

Calon pengantin pria yang berasal dari Kudus ini menjalani upacara nyantri dari ndalem Mangkubumen menuju Bangsal Kasatriyan. Dari ndalem Mangkubumen calon pengantin pria dijemput utusan dalem KRT Jatiningrat dan KRT Yudahadiningrat.

"Prosesi nyantri adalah prosesi yang bertujuan untuk mengenalkan calon menantu kepada Kraton Yogyakarta. Di sini, calon menantu Kraton akan diajari bagaimana hidup sebagai anggota keluarga Kraton Yogyakarta," kata KRT Yudahadiningrat yang juga sebagai Ketua Panitia Prosesi Pernikahan Putri keempat Sultan Hamengku Buwono X ini.

Selain untuk mengenalkan kehidupan di kraton, nyantri juga dilakukan untuk mengetahui keseharian sang calon mempelai pria yang mana segala perilaku dan tindak tanduk yang ditunjukkan akan menjadi tolak ukur penilaian oleh Kraton.

Dulunya prosesi nyantri dilaksanakan selama 40 hari. Namun sejak era Sultan Hamengku Buwono IX, proses ini dipersingkat.

Hal ini dikarenakan kraton memahami dan memberikan toleransi jika calon menantu memiliki kegiatan lain, misal bekerja. Selain perbedaan mengenai waktu, dahulu yang memberikan latihan bagi calon mantu adalah Pepatih Dalem, namun saat ini setelah posisi Pepatih Dalem ditiadakan, yang melatih saat prosesi Nyantri tersebut diganti oleh sesepuh Kraton yang ditunjuk oleh Sultan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement