REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono beserta permaisuri dan keluarganya menonoton pemutaran perdana film dokumenter Dhaup Ageng (The Royal Wedding), di Bioskop XXI Yogyakarta, Kamis (17/10).
Dhaup Ageng yang menggunakan referensi Royal Wedding GKR Bendara dengan KPH Yudhanegara 18 Oktober 2011 menderitakan tentang filosofi dari setiap ritual pernikahan yang dilaksanakan di Kraton Yogyakarta.
"Pemutaran film dokumenter yang disertai teks bahasa Inggris ini untuk dokumen saja dan bukan bentuk cerita. Ini merupakan bagian dari tradisi masyarakat umum khususnya Yogyakarta. Di samping itu, untuk pemahaman kepada masyarakat bahwa Dhaup Ageng ini tidak sekedar tradisi, melainkan punya makna," kata Raja Kraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X usai menyaksikan film Dhaup Ageng yang berlangsung selama satu jam.
Sementara itu Putri Bungsu Sultan HB X yang mempunyai ide untuk menayangkan film dokumenter Dhaup Ageng di bioskop tampak bahagia dan tersenyum usai menyaksikan film tersebut.
"Alhamdulillah saya puas," kata GKR Bendara yang didamping suaminya KPH Yudhanegara.
Dia berharap generasi muda menonton film pernikahan Dhaup Ageng tersebut supaya mengerti filosofi di balik pernikahan dan arti di balik perikahan.
"Kami ingin masyarakat Indonesia maupun mancanegara dapat memahami inti saru dan filosofi pernikahan adat Jawa yang tetap dijaga walaupun diselaraskan dengan perubahan jaman," ujar Jeng Reni (panggilan akrab GKR Bendara).
Dalam film dokumenter tersebut dilengkapi dengan penjelasan oleh berbagai sumber dari kraton maupun luar kraton yang menggali secara mendalam tentang filosofi dalam Dhaup Ageng antara lain: Sultan Hamengku Buwono X, sejarawan Prof Djoko Suryo, ahli di bidang janur Larasati Suliantoro Sulaiman, Perias pengantinTienuk Riefky, Budayawan Timbul Haryono, Adik Sultan HB X (GBPH Joyokusumo, GBPH Prabukusumo, GBPH Yudhaningrat), penari tarian kraton Putria Retno Pusyastuti.
Selanjutnya Sutradara Film Dokumenter Dhaup Arief Oyyikk Hartawan mengatakan tujuan pembuatan film tersebut awalnya hanya ingin agar generasi yang akan datang 50 ke depan mempunyai dokumentasi pernikahan Dhaup Ageng yang dibuat dalam bentuk audio visual.
"Ternyata disambut baik oleh Kraton dan dalam pembuatan film dokumenter saya ingin Sultan Hamengku Buwono X tampil sebagai Sultan/Raja Kraton Yogyakarta, bukan sebagai ayah dari pengantin dan ini juga disetujui oleh Pak Sultan," kata Deyna Haryanto yang juga sebagai sutradara sebelum pemutaran film tersebut.