REPUBLIKA.CO.ID, MALANG - Hewan kurban yang hendak disembelih pada Hari Raya Idul Adha, Selasa (15/10), harus dibuat serileks mungkin. Penyembelihan juga harus diupayakan menimbulkan rasa sakit sekecil mungkin bagi hewan.
Pakar teknologi hasil ternak Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Wahyudi menyarankan hewan kurban jangan dipaksa untuk dijatuhkan guna menghindari rasa sakit. Jika perlu, sebelum disembelih harus dimandikan untuk menjaga kebugaran dan rileksnya hewan. “Serta jangan memberi makan berlebihan agar otot hewan tidak tegang,” kata dia, di Malang, Ahad (13/10).
Selain itu, menurut Wahyudi, masyarakat juga diminta memperhatikan saat mengemas daging. Daging dan jeroan harus dipisahkan dengan plastik yang berbeda agar tidak terkontaminasi. “Jika ada kotoran hewan yang terkena daging, maka sama saja memberi ragi yang berefek pada rusaknya jaringan daging nantinya,” ujar dia.
Menjelang Idul Adha, pemerintah di berbagai daerah mulai melakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan terjaganya kualitas hewan kurban masyarakat. Dinas Pertanian Kota Bogor, Jawa Barat, menggelar bursa hewan di Balai Besar Penelitian Peternakan.
Lapak jual beli hewan ternak untuk kurban itu diisi 400 ekor hewan, terdiri dari 250 ekor kambing dan domba dan sisanya merupakan sapi lokal. Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian (Distan) Kota Bogor Robert Hasibuan mengatakan, hewan kurban yang dijual di Kota Bogor umumnya berasal dari daerah lain, seperti Boyolali, Lumajang, Madura, dan Bima.
Namun, dia memastikan, Distan sudah melakukan pemeriksaan terhadap hewan-hewan yang masuk. “'Hewan dari luar kota yang sudah melalui pemeriksaan kesehatan hewan kurban harusnya memiliki surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Itu berlaku baik penjual individu atau korporasi,” kata dia.
Distan juga sudah menurunkan petugas pengecekan di lapak-lapak penjual hewan kurban. Dia mengatakan, persoalan yang kerap ditemukan yaitu mengenai kelengkapan surat-surat, terutama pada pedagang hewan kurban musiman. “Kami tetap akan berkeliling mengecek. Tapi, kami harap warga bisa lebih proaktif melapor ke Distan,” kata dia.
Paramedis Veteriner Pasar Hewan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Cianjur, Jabar, menemukan penyakit scabies atau borok pada hewan kurban jenis kambing. Paramedis Veteriner Pasar Hewan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Cianjur Yandri MR mengatakan, penyakit tersebut tidak membayakan manusia jika dikonsumsi dan mudah ditangani. “Pedagang kambing langsung meminta pengobatan ke kami,” kata dia.
Menurut dia, penyakit itu ditemukan pada kambing kurban di Pasar Hewan, Jalan Siliwangi, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur. Dia menjelaskan, penyakit scabies disebabkan tungau Sarcoptes scabies. Penyakit itu menimbulkan gatal-gatal skala berat pada kambing atau sapi.
"Ini sudah biasa dan bukan hal yang aneh. Penanganannya mudah, tidak menular atau membahayakan manusia jika mengonsumsi dagingnya,” ujar dia.
Dinas Peternakan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, belum menemukan ada penyakit membahayakan pada hewan ternak kurban, baik hewan besar maupun hewan kecil. “Kami sudah melakukan pemeriksaan secara intensif di beberapa sentra pengumpulan hewan ternak," kata Kepala Dinas Peternakan Langkat M Tambeng. Menurut dia, seperti pemeriksaan yang dilakukan di pengumpul ternak yang ada di Desa Petumbukan dan Desa Ara Condong, Kecamata Stabat, tidak ditemukan adanya penyakit berbahaya.
Untuk mendukung sistem jemput bola, kata dia, instansinya telah mendirikan posko pelayanan kesehatan hewan selama menjelang Idul Adha ini, dengan menyediakan dokter hewan yang siap terjun ke lokasi yang dituju.