Senin 07 Oct 2013 15:31 WIB

Harga Beras di Indramayu Naik

Rep: Lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Pekerja menata karung-karung beras untuk rakyat miskin (raskin) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kelapa Gading, Jakarta.
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Pekerja menata karung-karung beras untuk rakyat miskin (raskin) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kelapa Gading, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Masa panen raya gadu di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu sudah mulai berakhir. Kondisi itupun membuat harga beas di pasaran semakin melonjak.

Bahkan, kenaikan harga beas diperkirakan akan terus berlansgung hingga memasuki masa panen rendeng mendatang.

 

Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Baru Indramayu, Senin (7/10), harga beras kualitas I saat ini sudah mencapai Rp 9 ribu per kg. Sedangkan untuk beras kualitas II, seharga Rp 8.500 per kg, dan harga beras kualitas III Rp 8 ribu per kg.

 

"Sejak bulan lalu, harga beras terus mengalami kenaikan," ujar pemilik kios kios beras Alaydroes II, Wahyudi, kepada Republika, Senin (7/10).

 

Wahyudi mengatakan, kenaikan harga beras terjadi akibat mahalnya harga gabah di tingkat petani. Pasalnya, saat ini stok gabah di tingkat petani pun sudah semakin berkurang.

 

Ditambah lagi, Wahyudi melanjutkan, di musim kemarau ini, tidak semua petani yang mau melepas semua gabahnya. Mereka memilih menyimpan sebagian hasil panennya sebagai antisipasi untuk menghadapi musim paceklik.

 

Wahyudi memperkirakan, kenaikan harga beras akan terus terjadi hingga tiga bulan mendatang. Hal itu seiring dengan berlangsungnya musim tanam rendeng.

 

Wahyudi menambahkan, meski harga beras mahal, namun penjualan kepada konsumen masih tetap normal. Yakni rata-rata satu ton per hari. Hal itu dikarenakan beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

 

"Ya paling mereka mengeluh, setelah mengetahui harga beras naik lagi," tutur Wahyudi.

 

Hal senada diungkapkan seorang pedagang beras keliling, Tardi. Dia mengungkapkan, para pembelinya selalu mengeluh karena harga beras selalu naik. Pasalnya, kondisi tersebut menambah beban pengeluaran mereka sehari-hari.

"Tapi mereka terpaksa tetap membelinya karena beras merupakan kebutuhan pokok," kata Tardi menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement