REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pada 7 Oktober 2013 ini, Kota Yogyakarta genap berusia 257 tahun. Banyak kegiatan yang digelar Pemkot Yogyakarta untuk memperingati ulang tahun kota tersebut.
Namun menurut beberapa tokoh, kondisi Yogyakarta di usia 257 tahun ini masih harus banyak pembenahan.
Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta Ali Fahmi, penataan Kota Yogyakarta saat ini justru semakin semrawut. Menurut dia, Pemkot Yogyakarta seakan tidak memiliki rancangan tetap terhadap penataan kota.
"Lihat saja Malioboro sebagai ikon Yogyakarta yang justru semakin semrawut. Jalur hijau yang semula ada malah disemen, belum lagi kalau berbicara transportasi," katanya menjelaskan, Senin (7/10).
Selain itu, banyak fasilitas publik yang diabaikan pembangunanya Pemkot Yogyakarta. Akibatnya, banyak keluhan masyarakat yang masuk ke DPRD setempat. Salah satunya adalah fasilitas parkir sepeda, jalur sepeda dan transportasi massal.
Hal lain adalah pelayanan publik yang belum diperoleh masyarakat secara memadai. Salah satunya akata Fahmi adalah, jaminan pendidikan dan kesehatan yang harus terus ditingkatkan sehingga semua masyarakat menikmatinya.
Sementara Seksi Penelitian Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dony Megananda mengatakan, dijadikannya Kota Yogyakarta sebagai bagian dari keistimewaan DIY di usia ke 357 tahun ini merupakan langkah yang bagus dalam memajukan kebudayaan di kota tersebut.
Di mana dalam tatanan keistimewaan budaya akan dijadikan panglima. Namun menurut dia, hal itu diharapkan bukan hanya diatas kertas semata.
"Jangan hanya kemudian budaya hanya dijadikan seremonial semata, namun Kota Yogyakarta harus memiliki ciri khas budaya tersendiri yang harus terus dikembangkan dan dipertahankan," katanya.
Diakui dia, diusia 257 tahun ini perkembangan Kota Yogyakarta cukup signifikan. Banyak mal dan gedung bertingkat yang didirikan. Namun perkembangan tersebut kata dia, justru menjadi keprihatinan tersendiri.
Sebab, Kota Yogyakarta harusnya berkembang tidak seperti kota lain yang menartikan modernitas dengan banyaknya gedung bertingkat dan mall. "Kota ini hanya memiliki luas 32 kilometer persegi.
Jadi sangat mudah sebenarnya untuk melakukan penataan kota yang lebih humanis dengan konsep transportasi massal yang menyeluruh. "Modern tidak harus sama dengan kota lain, tetapi ciri khas yang harus dipertahankan," ujarnya.