REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mochtar Pabottingi, mengatakan, citra politik di masyarakat akan positif jika partai politik dan politikus memegang nilai-nilai kebangsaan.
"Tidak hanya partai politik, tapi juga dalam tindakan sehari-hari di masyarakat. Partai politik itu menghimpun segala kekuatan dan dasarnya harus kebangsaan," kata Mochtar selepas pengajian bulanan di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Jumat (4/10) malam.
Ia mengatakan, partai politik akan dicitrakan negatif oleh masyarakat karena tidak memikirkan masalah-masalah bangsa dan justru mencari keuntungan atau kekayaan bagi para anggotanya. "Anti-politik muncul karena kedaulatan rakyat dirampas dan bangsa tidak dipedulikan. Sikap yang muncul justru saling menguntungkan diri sendiri dan golongannya selama hampir 15 tahun terakhir," katanya.
Dia kemudian mencontohkan nilai kebangsaan pada sosok Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, atau yang lebih dikenal sebagai Jokowi. "Jokowi itu anti-tesis dari seluruh perilaku politik yang buruk-buruk sekarang ini," kata Mochtar. Popularitas dan akseptabilitas Joko Widodo, menurut dia, bukan dari tindakan sengaja untuk populer tapi sebagai hasil karena sesuai dengan harapan masyarakat.
"Apa yang dipikirkannya adalah bangsa dan tidak memikirkan golongan ataupun keuntungan diri sendiri," ujarnya. Sifat-sifat yang dapat mencerminkan pemimpin bernilai kebangsaan, lanjut Mochtar, yaitu tulus, rendah hati, jujur, tegar pada keputusan dan kemauan, serta langsung mengerjakan apa yang harus dilakukannya.