REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan 80 persen wanita Indonesia melakukan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks. Hal tersebut dilakukan untuk mengendalikan jumlah penderita kedua jenis kanker tersebut.
"Pemerintah menargetkan minimal 80 persen perempuan usia 30-50 tahun melakukan deteksi dini setiap lima tahun," kata Menteri Kesehatan (Menkes), Nafsiah Mboi, pada acara pembukaan training of trainers deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks di kantor Kemenkes, Kamis (3/10).
Nafsiah mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah perempuan Indonesia yang berusia 30-50 tahun ada sekitar 35 juta. Hingga tahun 2012, tutur Nafsiah, perempuan yang melakukan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks sebanyak 550 ribu orang. "Cakupan deteksi dini masih perlu ditingkatkan."
Menurut Nafsiah, program nasional deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim dicanangkan oleh Ibu Negara Ani Yudhoyoni 21 April 2008 lalu bertepatan dengan hari kanker sedunia 2008. Sejak itu, kata Nafsiah, pemerintah memperluas pelaksanaan deteksi dini kedua kanker tersebut ke 140 kabupaten di 31 provinsi yang dilaksanakan oleh 500 puskesmas.
Nafsiah mengatakan, ketidaktahuan masyarakat, khususnya perempuan Indonesia mengenai bahaya kanker payudara dan kanker serviks ditangani dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Caranya, dengan melaksanakan sosialisasi, advokasi, dan edukasi ke berbagai elemen masyarakat.
Nafsiah berharap, dengan adanya upaya tersebut jumlah penderita kanker payudara dan kanker serviks semakin menurun. Apalagi penderita kanker serviks di Indonesia merupakan penderita kanker terbanyak setelah kanker payudara. "Saya berharap semua elemen masyarakat terlibat upaya preventif-promotif kanker payudara dan kanker serviks ini," ujarnya.