Rabu 25 Sep 2013 08:02 WIB

Aliya Rajasa: Pendidikan Formal dan Nonformal Harus Seimbang

Aliya Rajasa
Foto: ist
Aliya Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alliya Rajasa terus menekankan pentingnya budaya membaca. Dengan membaca, seseorang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga daya nalarnya berkembang dan berpandangan luas, yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Budaya membaca, sebut Alliya, nantinya dapat meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Maka dari itu minat baca masyarakat harus ditingkatkan.

Alliya memaparkan, pada tahun 2011 angka buta huruf di Indonesia masih mencapai 8,3 juta jiwa atau 4,79 persen dari total penduduk Indonesia yang berusia 15-45 tahun. Sementara Komisi Nasional Perlindungan Anak melaporkan, hingga tahun 2011, masih ada 11,7 juta anak Indonesia yang tidak pernah tersentuh pendidikan dasar.

Masih tingginya angka buta huruf di Indonesia akhirnya membuat daya saing SDM bangsa Indonesia bisa dikatakan masih cukup rendah, Menurut Human Development Report yang dikeluarkan oleh UNDP pada tahun 2012, rangking Indonesia berada di urutan ke-121 dari 187 negara.

Lalu apa yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia?

 

"Mungkin karena memang belum ada penggalakkan, jadi mungkin di sekolah belum ada tugas yang mengharuskan mereka (siswa) membedah buku, semuanya benar-benar konteksnya dari materi pendidikan nasional," jelas Aliya Rajasa kepada ROL usai menjadi pembicara di "Seminar Nasional Kegemaran Membaca", Selasa (24/9) kemarin di Jakarta.

Untuk meningkatkan budaya membaca pada anak, sebut Aliya bisa dilakukan dengan pendekatan tematik atau yang juga disebut dengan Fun Base Learning.

"Jadi misalnya ada anak yang senangnya matematika, ya kita dekatin dia melalui matematika untuk kemudian mengajak dia membaca," papar istri dari Edhie Baskoro Yudhyono ini.

Pendekatan secara Fun Base Learning ini, sebut Aliya, dampaknya akan lebih terasa jika diseimbangkan dengan pendidikan formal di sekolah.

"Jadi saya rasa harus diseimbangkan. Formal education tetap perlu, setelah formal mereka diseimbangkan dengan belajar yang sambil bermain. Nah kalau ini diimbangi saya rasa akan lebih baik dampaknya," jelas Aliya.

Sebagai langkah konkret dirinya dalam mengentaskan buta aksara, Yayasan Satoe Indonesia dan Tungga Dewi yang dibentuk Aliya masih terus berjalan.

"Rumah pintar itu kan gratis, sarana pendidikan non formal yang didirikan yayasan kami secara gratis, jadi selama masih bisa menampung masyarakat silakan saja, di sana ada 5 ribu smp 11.500 buku dengan variasi yang banyak dan berbeda," sebut Aliya.

"Tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga orang tuanya, jadi saya rasa sangat membantu," demikian Aliya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement