Selasa 24 Sep 2013 20:19 WIB

Siswa Sekolah di Manokwari Terhindar dari Rokok

Rep: Andi Ikhbal / Red: M Irwan Ariefyanto
Asap rokok, ilustrasi
Asap rokok, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,MANOKWARI -- Siswa sekolah di Kabupaten Manokwari, Papua Barat siap terhindar dari kecenderungan merokok usia dini. Mereka akan dibekali pengetahuan mengenai dampak asap rokok bagi kesehatan melalui metode uji kasus.

Guru SDN 01 Manokwari, Transita mengatakan, dalam modul pelajaran kelas 5, ada materi sistem pernafasan. Pihaknya akan menjadikan momentum tersebut untuk memberikan penyuluhan untuk menjauhkan siswa dari rokok.

"Kalau selama ini metodenya hanya pemberian materi secara konvensional melalui buku, saat ini, mereka bisa kami bekali melalui pantauan langsung uji kasus," kata Transita pada Republika, Manokwari, Selasa (24/9).

Transita merupakan guru pelatih asal Manokwari yang mengikuti program Desiminasi Pelatihan Guru dari Sabang - Merauke oleh Universitas Negeri Malang dan Pertamina. Dengan kegiatan tersebut, para pengajar di daerah tertinggal diharap dapat meningkatkan mutu pendidikan setempat.

Dia juga mengatakan, budaya rokok di Papua sudah melekat di kalangan usia pelajar. Bahkan, lebih dari 50 persen siswa sekolah di Manokwari terindikasi sebagai pecandu rokok muda.

Namun, dalam pelatihan tersebut, dia menambahkan, guru dibekali kemampuan membuat alat peraga yang dapat mengurangi kecenderungan merokok. Dengan media tersebut, kata Transita, siswa akan tahu bahaya merokok dengan pengamatan mereka secara langsung.

"Kami akan terapkan itu mulai dari SD, agar setelah masuk SMP, mereka berfikir dua kali saat hendak merokok," ujarnya.

Pembelajaran melalui media yang gencarkannya saat ini dinilai efektif. Sebab, selain dapat melengkapi pendidikan akademik, percobaan itu juga bisa diinternalisasi dalam kehidupan siswa.

Adapun sejumlah alat yang digunakan tergolong sederhana, seperti, kapas, selang infus, suntikan bekas, botol minum 600 mililiter, pastisin sebagai penambal udara dan rokok. Nantinya kapas tersebut mewakili kondisi paru-paru manusia.

"Dalam uji tersebut, kapas yang awalnya putih, karena terkepung asap, lama kelamaan menjadi kecoklatan dan hangus," katanya.

Melalui contoh tersebut, para siswa SD akan melihat langsung efek yang timbulkan rokok. Kemudian, guru akan memberi saran ke muridnya agar menghindari rokok bila tidak ingin paru-parunya terbakar.

Menurutnya, pola tersebut dinilai baru efektif terhitung 2014 mendatang. Namun, melihat tingkat kegunaannya, dia mengatakan, percobaan itu dapat dilakukan di luar materi pelajaran, dengan bentuk penyuluhan rutin.

"Dengan begitu, dapat mengurangi potensi siswa merokok sejak dini," ujar Transita.

Dosen Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang, Winarto mengatakan, pembelajaran menggunakan mediator memang sangat efektif. Siswa tidak lagi perlu membaca buku untuk mengetahui hal-hal menarik. Cukup dipancing untuk bertanya, nantinya kelas akan aktif.

Dia menambahkan, fenomena yang terjadi pada kapas di dalam botol yang terisi asap rokok, hingga hangus, akan menimbulkan pertanyaan bagi mereka. Untuk itu, guru harus siap mengarahkan jawabannya sebagai anjuran.

"Nantinya fenomena itu akan membuat siswa ngeri dan enggan merokok," kata Win.

Selain uji coba rokok, kegiatan tersebut juga menghasilkan berbagai alat peraga untuk pembelajaran planetorium, bel listrik, cermin struktur bumi dan manuver pesawat. Menurut Win, keberadaan media membuat siswa berfikir, karena rasa ingin tahunya muncul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement