REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta menegaskan Pemilihan Umum 2014 bagi partainya bukan sekadar pertaruhan politik, namun sekaligus menjadi pertaruhan untuk mengukir sejarah.
"Memenangi Pemilu 2014 bagi kita yang hadir di sini dan seluruh kader se-Indonesia serta perwakilan di puluhan negara, merupakan sebuah panggilan sejarah. Ini adalah misi peradaban PKS," kata Anis Matta dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Anis Matta menyatakan hal itu di acara Konsolidasi Struktur, Kader, dan Calon Anggota Dewan (CAD) PKS Kalimantan Tengah (Kalteng) di Gedung Tambun Bungai, Palangkaraya, Minggu (22/9) sore.
Dia menjelaskan panggilan sejarah PKS mulai bergulir ketika partai politik tersebut lahir sebagai bagian penting kekuatan reformasi yang turut melepaskan Indonesia dari belenggu status quo orde baru.
Menurut Anis, melanjutkan hasil perjuangan itu PKS akan terus berupaya membangun sinergi bersama kekuatan reformis lainnya. Dia mengatakan targetnya dalam rangka mewujudkan perbaikan berkesinambungan bagi bangsa dan republik tercinta ini.
"Namun, bukan cuma di Indonesia, kita juga berpikir dan berjuang untuk mengupayakan hadirnya kesejahteraan dunia," ujarnya.
Dia menegaskan karena target dan misi besar dimaksud maka seluruh kekuatan yang dimiliki PKS akan ditumpahkan untuk memenangi Pemilu mendatang.
Anis yakin ribuan kadernya yang mengikuti konsolidasi dan bekerja untuk memenangi Pemilu 2014 maka akselerasi pencapaian kesejahteraan tersebut dapat dilakukan.
"Pola pikir kita sekarang bukan sekadar disemangati untuk menaklukkan 'lawan', tetapi lebih dari itu kita hendak tampil untuk turut berkontribusi positif mengendalikan proses perubahan negeri ini," kata Anis.
Dalam pertemuan itu, Anis juga menggarisbawahi pentingnya upaya lebih menyatukan seluruh kekuatan Islam menghadapi Pemilu 2014.
Usai memimpin agenda konsolidasi PKS Kalteng, Anis Matta dan rombongan menggelar pertemuan silaturrahim dengan tokoh ormas setempat. Hadir dalam acara ini, antara lain, tokoh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI), MUI, dan tokoh akademisi.