REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sedikitnya 86 pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Gang Dolly, Surabaya terjangkit HIV dan AIDS. Alasannya, tingkat penggunaan kondom dalam melakukan hubungan badan, masih dinilai rendah.
Kepala Puskesmas Putat Jaya, Hartati mengatakan, resiko tertular virus tersebut masih cukup tinggi. Sebab, sebagian besar penderita HIV dan AIDS, masih beroperasi sebagai PSK.
"Data yang tercatat sampai hari ini ada 86 orang yang positif," kata Hartati kepada Republika di sela-sela penyuluhan HIV dan AIDS di Wisma Barbara, Gang Dolly, Surabaya, Rabu (18/9).
Dia menambahkan, ada kemungkinan, penderita virus tersebut bertambah di banding tahun sebelumnya. Dia mengatakan, pada 2012 lalu tercatat 118 PSK positif HIV dan AIDS. Sedangkan tahun ini, baru 9 bulan sudah sebanyak 86 PSK.
Untuk itu, dia mengimbau agar para PSK selalu rutin memeriksakan dirinya ke puskesmas guna memastikan kondisi kesehatan mereka. Menurut pengakuan sejumlah pasiennya, kata dia, banyak tamu yang enggan menggunakan kondom.
"Padahal virus tersebut berpotensi besar menular saat terjadi pertemuan kelamin tanpa alat pelindung," ujarnya.
Dia mengatakan, dalam sebulan sebanyak 500-600 PSK melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS). Sekitar 200-250 orang di antaranya rutin memeriksa kecenderungan terjangkit HIV dan AIDS.
Dia menambahkan, setiap kali kontrol, pihaknya selalu memberikan 10 saset alat kontrasepsi dan multivitamin sebagai antibodi. Puskesmas juga menyalurkan kondom di lima pokja lokalisasi di tiap-tiap RW.
"Jadi tidak ada alasan mereka enggan menggunakan kondom. Apalagi itu diberikan secara gratis," katanya.
Kepala Kelurahan Putat Jaya, Bambang Hartono menambahkan, pihaknya selalu melakukan sosialisasi rutin terhadap para mucikari. Mereka kemudian, memberikan penyuluhan ke PSK yang bekerja di wisma tersebut.
Namun, kalau kenyataannya angka penderita HIV dan AIDS tergolong tinggi, maka penerapannya tidak maksimal. Dengan alasan itu, kata dia, pihaknya membuka diri bila ada lembaga swadaya masyarakat yang ingin melakukan kontrol.
"Dengan begitu, pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan motif membangun kesadaran," ujarnya.