REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat setiap hari beroperasi sedikitnya sekitar 500 kendaraan tradisional khas Lombok, yakni cikar dokar montor (Cidomo).
Kepala Bidang Perhubungan Darat, Laut dan Udara, Dinas Perhubungan Kota Mataram, Mahfuddin Noor di Mataram, Sabtu, mengakui, keberadaan cidomo di daerah ini cukup mengganggu kebersihan, karena terkadang kotoran kuda cidomo berserakan di jalan, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian tidak saja dari kalangan pemerintah tapi juga semua pihak.
Namun demikian, pemerintah terus melakukan pembinaan terhadap kusir cidomo termasuk memberikan bantuan kantong untuk kotoran kuda, sementara pembuatan celana kuda masih sebatas wacana.
Menurut Noor, keberadaan alat transportasi tradisional khususnya Cikar Dokar Montor (cidomo) di Kota Mataram hingga kini masih dibutuhkan masyarakat, terutama di daerah pinggiran.
"Sebab cidomo merupakan alat transportasi cukup praktis dan dapat menjangkau ke pelosok pedesaan," katanya.
Pembuatan celana kuda sudah diwacanakan sejak lima tahun lalu, semasih Kota Mataram dipimpim almarhum H M Ruslan. Namun hingga kini belum terwujud, sebab pemakaian celana kuda dinilai masih belum pas.
Dengan adanya kotoran kuda yang masih dijumpai di berbagai jalur membuat petugas kebersihan di daerah ini harus bekerja keras.
Dikatakan, semua cidomo di Kota Mataram dibebaskan dari segala jenis pajak termasuk dalam pembuatan SIM, hal ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap warga kurang mampu.
"Setiap cidomo mampu mengangkut enam hingga tujuh orang dengan angkos sesuai jarak yang ditempuh berkisar antara Rp 2.000 per orang hingga Rp 5.000 per orang," katanya.