Sabtu 14 Sep 2013 18:39 WIB

Gerindra: Kalau Sekarang Jokowi Hebat, Gurunya Prabowo

Rep: Ira Sasmita/ Red: Heri Ruslan
Governor of Jakarta Joko Widodo or Jokowi rides a horse and wears carnival costume during an opening of Jakarnaval in Jakarta on Sunday.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Governor of Jakarta Joko Widodo or Jokowi rides a horse and wears carnival costume during an opening of Jakarnaval in Jakarta on Sunday.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Meluasnya dukungan kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk maju menjadi calon presiden pada pemilu 2014 tidak membuat Partai Gerindra ciut. Meski dalam berbagai jajak pendapat, elektabilitas Prabowo selalu disalip Jokowi.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Edhy Prabowo mengatakan, fenomena Jokowi saat ini tidak disesali oleh Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Seperti diketahui, Prabowo merupakan sosok yang mendukung pencalonan Jokowi sebagai gubernur DKI berpasangan dengan kader Gerindra, Basuki Tjahaja Purnama.

Prabowo pula yang meyakinkan PDI Perjuangan untuk mantap mengusung Jokowi dan pasang badan di depan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri pada pilkada DKI lalu.

"Kami tidak menyesal sehingga Jokowi terkenal seperti sekarang, keputusan Prabowo back-up Jokowi jadi gubernur bukan keputusan yang salah," kata Edhy dalam diskusi bertajuk 'Memilih Capres Secara Rasional' di Cikini, Jakarta, Sabtu (14/9).

Prabowo, menurut Edhy, menganggap Jokowi sebagai muridnya. Jika ada murid yang pintar, dipastikan ada guru yang hebat di belakangnya. Kesuksesan Jokowi saat ini, tentu juga tidak bisa dilepaskan dari dukungan Prabowo.

"Kalau Jokowi sekarang hebat gurunya jelas Prabowo," ujar Edhy.

Jika kemudian, dalam bursa pencapresan nama Jokowi dan Prabowo dikompetisikan, Edhy menilai itu sebagai hal yang wajar. Lantaran keduanya memiliki kualitas dan keunggulan yang dinilai laik untuk diusung dalam pilpres. Apalagi dikaitkan dengan UU Pemilihan Presiden yang dianut Indonesia saat ini, setiap partai politik bisa mengajukan calonnya masing-masing sesuai dengan ambang batas presidential.

"Kalau nanti ada persiangan guru dan murid itu biasa. Guru bersatu dengan murid biasa juga," ungkap anggota Komisi VI DPR itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement