Rabu 11 Sep 2013 10:58 WIB

'Vickinisasi' Termasuk Penyakit Bahasa

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Zaskia dan Vicky Prasetyo saat menggelar konferensi pers usai tunangan.
Foto: ist
Zaskia dan Vicky Prasetyo saat menggelar konferensi pers usai tunangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah bahasa 'Vickinisasi' yang ditularkan oleh Vicki Prasetyo alias Hendaryanto dinilai termasuk penyakit bahasa.

Menurut Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud), Sugiyono, istilah khusus pada penyakit bahasa tersebut memang tidak ada. Namun, ada orang yang merasa menggunakan bahasa untuk prestise.

''Nah, itulah penyakit bahasanya. Di dalam ilmu bahasa, istilahnya intervensi. Orang menggunakan bahasa Indonesia dicampur asing walaupun tidak pas,'' ujar Sugiyono kepada Republika, Rabu (12/9).

Menurut Sugiyono, apa yang terjadi pada fenomena 'Vickinisasi' sebanarnya lebih pada penyakit gejala sosial daripada gejala linguistik. Ia menciptakan istilah bahasa-bahasa baru, agar dipandang pintar oleh masyarakat yang lain. 

''Ya kalau tidak masuk ke ranah baku, mau berkreativitas tidak apa-apa. Tak akan kami batasi,'' katanya. Sugiyono mengatakan, Vickinisasi ini merupakan pembentukan istilah yang tidak benar. Namun, hanya digunakan di lingkup tertentu. Kemudian, diikuti oleh lingkungan tersebut. 

Vickinisasi ini, kata dia, nanti pun bisa hilang begitu saja. Tapi, tidak menutup kemungkinan, kalau ada pemahaman bersama, bisa menjadi varian baru dalam bahasa baku. 

Sugiyono mencontohkan, imbuhan -Isasi dan Isme pernah marak. Misalnya, menanam pohon Turi jadi Turinisasi, dominan warna kuning jadi kuningisasi. Akhirnya, Isme dan Isasi dianggap sebagai imbuhan bahasa Indonesia.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement