Rabu 11 Sep 2013 04:19 WIB

Tempe Menghilang, Ahok Pasrah

 Perajin menata peralatan pembuatan tempe yang tidak digunakan akibat aksi mogok di sentra pembuatan tempe Utan Panjang, Jakarta, Senin (9/9).    (Republika/Aditya Pradana Putra)
Perajin menata peralatan pembuatan tempe yang tidak digunakan akibat aksi mogok di sentra pembuatan tempe Utan Panjang, Jakarta, Senin (9/9). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, Melonjaknya harga kedelai mengakibatkan sejumlah perajin tahu dan tempe di kawasan Primer Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (PRIPKOPTI) Semanan dan Cengkareng menggelar aksi mogok produksi sejak sepekan silam. Alhasil, keberadaan tahu tempe saat ini menghilang dari sejumlah pasar tradisional di Jakarta.

Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama mengaku jika pihaknya belum dapat berbuat banyak. Basuki hingga saat ini juga belum mendapat instruksi dari Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.

"Saya belum ditugasin sama Pak Gubernur. Saya belum ada koordinasi. Persoalan ini menyentuh kebijakan pusat. Saya memang sudah mendengar langka di pasar, padahal saya suka tempe," ujar Basuki seperti dilansir situs beritajakarta.

Dikatakan Basuki, Pemprov DKI hingga saat ini belum dapat mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan kedelai tersebut. Sebab, Pemprov DKI harus menunggu kebijakan dari pemerintah pusat mengenai kenaikan harga tahu dan tempe. "Kita belum siap. Masalah impor, saya belum tahu, ini kebijakan pusat. Pemprov DKI belum bergerak. Saya masih tunggu perintah gubernur," kata mantan anggota Komisi II DPR RI itu.

Gabungan Koperasi Perajin Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) sepakat menghentikan produksi bahan makanan tahu tempe sejak Senin kemarin secara serentak di seluruh Indonesia. Penghentian produksi disebabkan kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement