REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Lahan pertanian tersebar di lima kecamatan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dilanda kekeringan dampak musim kemarau yang sudah terjadi sejak Juli 2013.
"Daerah pertanian yang dilanda kekeringan sehingga menyebabkan tanaman tidak tumbuh berada di 27 desa tersebar di lima kecamatan," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kabupaten Garut, Tatang Hidayat kepada wartawan, Senin (9/9).
Ia menuturkan, lima kecamatan dilanda kekeringan yakni Bungbulang, Pakenjeng, Cilawu, Cibatu, dan Kecamatan Selaawi seluas 341 hektare sawah dari 1.514 hektare areal pertanian di Garut.
Data kekeringan itu, kata Tatang, berdasarkan laporan dan peninjauan langsung ke lapangan terhitung 1 sampai 7 September 2013, dan kemungkinan akan meluas jika musim kemarau terus berlangsung lama.
"Untuk masalah kekeringan ini kita terus melakukan pendataan setiap seminggu sekali, dan mudah-mudahan saja kemarau tidak lama, sehingga kekeringan tidak meluas," harapnya.
Ia mengungkapkan, selain lima kecamatan, sembilan kecamatan yakni Garut Kota, Bayongbong, Cibalong, Sukaresmi, Pamulihan, Cikajang, Cigedug, Kersamanah, dan Kecamatan Cihurip terancam kekeringan.
"Areal pertanian yang terancam kekeringan berada di 25 desa tesebar di sembilan kecamatan yang mulai kekurangan pasokan airnya," kata Tatang.
Upaya mengatasi kekeringan melanda lahan pertanian itu, kata Tatang, pihaknya melakukan pemanfaatan air dengan sistem "gilir giring" atau membagi aliran air dari titik sumber air sungai besar dan irigasi.
Selain itu, lanjut Tatang, akan dilakukan pompanisasi bagi areal pertanian berada diatas aliran air sungai atau irigasi.
"Kami juga menyosialisasikan menanam yang cocok saat kemarau. Seperti tanah tadah hujan disarankan tidak menanam padi tapi jenis palawija atau jagung yang tidak membutuhkan banyak air," kata Tatang.