Ahad 08 Sep 2013 16:01 WIB

Irman Gusman: Jadi Presiden Tak Cukup Hanya dengan Blusukan

Rep: Ira Sasmita/ Red: Djibril Muhammad
Ketua DPD RI Irman Gusman
Foto: ist
Ketua DPD RI Irman Gusman

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman berpendapat menjadi pemimpin apalagi calon presiden tidak cukup hanya dengan modal blusukan.

Pekerjaan dan kinerja pemimpin, menurut dia tidak bisa diukur sesuai aktifitas blusukan yang dilakoninya.

"Kalau level wali kota atau gubernur mungkin masih bisa terus-terusan blusukan, tapi kalau presiden tidak bisa. Saya enggak lihat Obama blusukan, kalau capres atau presiden blusukan terus, kapan mau mikir, kapan kerjanya?," kata Irman saat mengadakan kunjungan kerja ke Batam, Kepulauan Riau, Ahad (8/9).

Metode blusukan dipandang Irman saat ini menjadi rujukan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dalam menilai pimpinannya.

Apa lagi perhatian media sangat besar kepada pemimpin yang rajin menjalani aktifitas turun langsung menemui masyarakat tersebut.

Padahal, menurut dia, cara berkomunikasi dengan turun langsung ke bawah itu telah dilakukan sejak awal kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu lebih dikenal dengan sebutan turba atau turun ke bawah.

"Cuma waktu itu media tidak meliput. Banyak yang melakukannya, SBY, saya juga, cuma kami kerja saja, enggak diliput media seperti sekarang," ungkapnya.

Meski begitu, Irman tidak menyalahkan harapan masyarakat yang terlalu tinggi terhadap pemimpin yang akrab dengan kegiatan blusukan.

Bagaimanapun, menurut dia blusukan bisa menyerap informasi dan aspirasi dari masyarakat. Walau pemimpin sekelas presiden, menurut dia, harus mengutamakan visi, gagasan, kebijakan strategis, dan pemikiran kebangsaan yang menyeluruh.

Sedangkan untuk hal-hal yang bersifat teknis, dia menilai bisa dilakukan sebagai selingan.

Bila blusukan menjadi satu-satunya ukuran untuk memilih pemimpin, Irman khawatir, Indonesia tidak akan mendapatkan pemimpin yang visioner. Di tengah tren blusukan yang mewabah, ia menilai penting bagi masyarakat agar tetap jernih dalam menilai pemimpinnya.

"Jangan lah mengimplikasi pekerjaaan seorang pimpinan itu hanya dengan ukuran blusukan, itu pencitraan juga namanya. Jangan snap shot yang seolah itu yang terbesar, masyarakat Indonesia itu melankolis, melodramatik. 2013 trennya blusukan, 2014 nanti ada lagi," ujarnya.

Sebagai salah seorang calon presiden yang tengah mengikuti konvensi capres melalui Partai Demokrat, Irman mengatakan, blusukan bukan modal utamanya.

Melainkan menyerap harapan dan persoalan masyarakat di 33 provinsi yang rutin dikunjunginya. Aspirasi masyarakat tersebut, dihimpunnya untuk disampaikan kepada pemerintah dan lembaga legislatif.

Serta diperjuangkan dalam bentuk master program untuk mengembangkan kemajuan bangsa Indonesia lewat kebijakan-kebijakan strategis yang pro-rakyat.

"Saya bukan menteri yang punya proyek yang harus diberikan kepada rakyat, atau seorang gubernur yang punya ini itu. Tapi saya menjemput aspirasi, kemudian aspirasinya diperjuangkan, gagasannya dikembangkan," kata pria asal Sumatera Barat itu.

Irman Gusman ditetapkan sebagai peserta oleh Komite Konvensi Partai Demokrat, bersama 10 orang lainnya. Mereka adalah anggota BPK Ali Masykur Musa, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan dan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Kemudian Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal, Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto, dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.Ada juga anggota DPR RI Hayono Isman, Ketua DPR RI Marzuki Alie, Mantan KSAD Pramono Edhie Wibowo, dan terakhir Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement