Kamis 05 Sep 2013 17:03 WIB

Ikut Konvensi Demokrat Anies Mengaku Siap Dicibir

Anies Baswedan
Foto: Republika/Palupi Auliani
Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengatakan siap dicibir dan dikritik atas keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat.

"Saya siap menghadapi cibiran dan kritik dari sebagian anggota masyarakat. Saya tidak ingin dikenang oleh putra-putri saya, ayahnya mundur (dari konvensi) karena takut dicaci maki dan dicibir," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Bahkan, kata dia pada orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Ke-30 Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), dirinya juga siap jika menang atau kalah dari konvensi tersebut.

Ia mengatakan, keikutsertaannya dalam konvensi tersebut dalam rangka untuk memenuhi undangan dari komite konvensi. Mereka mengundang warga negara untuk berkontribusi pada Republik Indonesia.

"Saya adalah warga negara yang memenuhi undangan tersebut. Hal itu diharapkan menjadi tradisi politik yang baik dan sehat," katanya.

Menurut dia, perguruan tinggi harus mampu membentuk lulusan yang menjadi agen perubahan di masyarakat, bukan lulusan pencari kerja. "Perguruan tinggi itu harus menghasilkan agen perubahan, bukan penyedia tenaga kerja," katanya.

Ia mengatakan, di tengah tantangan dunia modern saaat ini, perguruan tinggi juga harus mengemban perannya sebagai "eskalator" yang menjembatani kesuksesan mahasiswa terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.

"Banyak mahasiswa dari keluarga kurang mampu, ketika lulus dari perguruan tinggi dan bekerja, bisa menjadi tokoh dan pemimpin. Salah satunya Rektor UGM Pratikno, dulu orang miskin dari Bojonegoro, tetapi kini menjadi rektor di kampus terbesar di Indonesia," katanya.

Menurut dia, Pratikno hanya satu contoh lulusan UGM yang berasal dari keluarga kurang mampu. Bahkan masih banyak lulusan UGM dari keluarga kurang mampu yang menjadi pemimpin.

"Banyak anak pintar dari keluarga yang kurang mampu, setelah lulus ia menjadi 'orang'," katanya.

Direktur Sekolah Pascasarjana UGM Hartono mengatakan problema yang dihadapi bangsa saat ini adalah ketimpangan infrastruktur, sarana dan prasarana, dan ketersediaan energi.

"Dukungan yang diberikan perguruan tinggi dalam ikut serta memecahkan permasalahan bangsa tersebut adalah menghasilkan lulusan yang menguasai iptek dengan pendekatan ilmu monodisiplin, multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement