REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Serapan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) di Jawa Barat masih rendah. Baru sebanyak 5 persen dana yang terserap dari jumlah total penerima 2,4 juta siswa. Ini berarti sekitar 120 ribu siswa yang baru mendapatkan BSM.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, Wahyudin Zarkasyi, mengatakan rendahnya serapan dana ini lantaran pola pendistribusian dana yang tidak bisa diusulkan dari sekolah secara langsung.
"Karena tidak bisa mengusulkan begitu saja, serapan dana pun rendah," kata Wahyudin.
Untuk itu, ia meminta orang tua murid yang memiliki Kartu Perlindungan Sosial (KPS) untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah masing-masing sehingga segera mendapat BSM. "Sehingga dana serapan dapat ditingkatkan," kata dia.
Untuk keluarga miskin yang tidak mendapat KPS dari pemerintah, kepala sekolah dapat mengusulkan penerima BSM dalam daftar rekapitulasi susulan.
Ia mengatakan syarat calon penerima BSM di luar jalur KPS yakni terdaftar sebagai peserta program keluarga harapan, siswa terancam putus sekolah, yatim piatu, berasal dari korban musibah, dan kelainan fisik.
Ia juga meminta semua pihak untuk mengawal penyaluran BSM yang merupakan kompensasi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) ini agar tepat sasaran. "Media massa juga sangat berperan penting untuk mengawal penyaluran dana BSM ini," kata dia.
Adapun lembaga keuangan yang ditunjuk menjadi bank yang penyaluran dana adalah BJB. Besaran dana yang disalurkan berbeda-beda. Siswa SD akan mendapatkan Rp 450.000 per tahun, SMP Rp 750.000 per tahun, dan SMA/SMK sebesar Rp 1 juta per tahun.