REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbangan Lion Air Group sudah kembali normal. Sebelumnya penerbangan terganggu karena 15 orang petugas Lion Air di Bandara Ngurah Rai Bali tidak masuk kerja.
Direktur Utama Lion Air Group Rusdi Kirana mengatakan, keadaan sudah kembali kondusif setelah sempat terjadi keterlambatan penerbangan karena petugasnya tidak masuk. Rusdi mengungkapkan, 15 petugas itu tidak masuk karena alasan sakit.
"Hingga kini mereka masih dirumahkan," kata dia di Kantor Pusat Lion Air, Jakarta, Selasa (3/9) siang.
Sebelumnya, keterlambatan penerbangan awalnya terjadi pada Ahad (1/9) dan Senin (2/9) di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, lalu berefek ke seluruh penerbangan maskapai berlambang singa itu ke bandara lainnya.
Beragam isu menyeruak terkait keterlambatan penerbangan, di antaranya, mulai dari demo pilot yang tidak dibayar sesuai dengan haknya sampai dengan pilot asing tidak dibayar dengan mata uang dolar.
Isu tersebut dibantah langsung oleh Rusdi Kirana. Menurut dia, tidak ada masalah pembayaran di Lion Air. ‘’Tidak ada konflik internal dan pilot semuanya digaji,’’ tegas dia.
Permasalahan, kata Rusdi, ada di 18 petugas counter yang dirumahkan karena diduga terkait penggelapan uang bagasi. Belum diketahui 15 petugas counter yang bertugas pada Ahad (1/9) lalu yang tidak bertugas tidak bekerja karena terkait kasus tersebut atau tidak. Selain itu juga, pada hari yang sama ada tiga orang pilot yang jatuh sakit.
Masalah penggelapan uang bagasi, jelas dia, terjadi ketika ada penumpang kelebihan beban bagasi dan membayar uang secara langsung ke petugas. Dia menilai, apabila pihak maskapainya menutup mata dan tidak membenahi hal tersebut maskapai swasta itu tidak akan maju.