Jumat 30 Aug 2013 23:11 WIB

Tepung Terigu Naik, Pengusaha Mi Pakai Tepung Tapioka

Tepung Terigu (ilustrasi)
Tepung Terigu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Tingginya harga tepung terigu membuat pengusaha mi basah di Dusun Karangnongko, Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul, DIY, beralih menggunakan tepung tapioka.

Pengusaha mi basah Karangnongko, Waljito di Bantul, mengatakan, sejak harga tepung terigu naik karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pihaknya mulai menggunakan bahan baku tepung tapioka untuk memproduksi mi.

"Untuk tepung terigu, saya memproduksi 25 sak per hari, ditambah tepung tapioka sebanyak 10 sak. Saya berusaha mempopulerkan mi basah berbahan lokal ini supaya nanti jika ada kelangkaan tepung terigu, saya masih bisa bertahan," katanya.

Menurutnya, meski tidak banyak, namun upaya untuk melakukan diversifikasi penggunaan bahan lokal tersebut diharapkan bisa membantu kelancaran usahanya jika nanti terjadi kelangkaan bahan baku tepung terigu.

Ia mengatakan, tekstur mi basah dengan bahan baku tepung terigu memang lebih elastis dibandingkan mi basah tapioka, namun mi basah tapioka lebih membantu para perajin karena tidak memerlukan banyak campuran serta lebih berbobot.

"Kelemahannya mi basah tapioka memang belum bisa diterima pasar, karena konsumen masih fanatik dengan mi basah terigu. Peralihan ini memang harus terus dikampanyekan, terutama dalam penggunaan bahan lokal," katanya.

Sejak harga tepung terigu naik dari sebesar Rp 147 ribu menjadi Rp 150 ribu per sak, kata Waljito, pihaknya mengalami penurunan produksi cukup signifikan, yakni dari 30 sak menjadi sekitar 15 sampai 25 sak per hari.

Kondisi tersebut, diperparah dengan kenaikan harga bahan baku lainnya sehingga otomatis berdampak pada kenaikan ongkos produksi. "Dengan harga bahan baku segitu, idealnya mi basah dijual antara Rp 5.000 sampai Rp 5.500 per bungkus, namun rata-rata konsumen masih minta bertahan Rp 4.500 per bungkus, ini menyulitkan kami," tuturnya.

Ia berharap, sebagai langkah antisipasi, pemerintah menstabilkan harga kebutuhan pokok terutama tepung terigu, karena jika tidak maka pengusaha mi basah seperti dirinya tidak akan bisa bertahan lebih lama. "Mungkin dengan operasi pasar atau kebijakan lain, yang pasti harus bisa menstabilkan harga kebutuhan pokok seperti semula," tutupnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement