REPUBLIKA.CO.ID, Darah Indonesia mengalir dalam tubuhnya. Tutur katanya sudah berbahasa Indonesia. Namun sekalipun, belum pernah menginjakkan kaki di tanah Indonesia.
Dia adalah Siswa SMA Indonesia Davao (SID), Filipina Selatan, Reymark Mendome Arbaan. Ayahnya bernama Deamento Mendome. Ibunya adalah Tisi Arbaan. Kakek mereka berasal dari sekitar Kepulauan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.
Sekitar 1970-an pendahulu Reymark mendatangi Pulau Mindanao, Filipina Selatan. Pekerjaannya nelayan. Target tangkapannya yang paling utama adalah ikan tuna yang berada si Perairan Pasific.
Harga ikan Salmon, menurutnya, ketika itu bisa sepuluh kali lipat lebih mahal di Filipina. Pelabuhan General Santos dikenal memiliki tempat pengolahan ikan terbaik. Alasan ini membuat nelayan Indonesia di Sulawesi Utara banyak berdatangan ke Filipina Selatan.
Kini harga ikan Salmon di Filipina Selatan dan Indonesia tidak berbeda jauh. Tidak adalagi perpindahan penduduk seperti yang dilakukan nelayan Indonesia pada 1970-an.
Ayah Reymark, Deamento Mendome, kini tinggal di Pulau Balut, selatan Davao. Dia bekerja sebagai nelayan, seperti kakeknya dulu.
Pekerjaannya akan mengalami hambatan saat gelombang air laut meninggi dan bergoyang hebat. "Apalagi jika ada badai. Kami kesulitan bekerja," katanya menjelaskan.