Jumat 30 Aug 2013 14:19 WIB

Pengusaha Tahu-Tempe Kotim Terancam Gulung Tikar

Seorang perajin tahu tempe tengah menyelesaikan pembuatan tahu.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Seorang perajin tahu tempe tengah menyelesaikan pembuatan tahu.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Puluhan pengusaha tahu dan tempe Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, terancam gulung tikar alias menutup usahanya karena tingginya harga kedelai di daerah itu.

"Harga kedelai di Pasar Sampit sekarang naik dari Rp 6.800 per kilogram menjadi Rp 10.000 per kg," kata pengusaha tahu & tempe Kabupaten Kotim, Siswanto, di Sampit, Jumat (30/8).

Naiknya harga kedelai impor tersebut, kata dia, pengaruh dari menguatnya dolar terhadap rupiah.

Berbagai upaya telah ditempuh oleh pengusaha tahu & tempe di Kabupaten Kotim agar usahanya tersebut mampu bertahan, salah satunya adalah dengan memperkecil ukuran tahu & tempe dengan harga tetap lama.

Produksi tahu & tempe perlahan mulai menurun, hal itu terjadi seiring dengan kemampuan membeli bahan baku terbatas karena mahalnya harga kedelai.

Menurut Siswanto, pesanan dari pelanggan banyak yang tidak dapat terpenuhi karena produksi tahu & tempe dikurangi dari hari biasa.

"Kami menggunakan bahan baku kedelai impor karena kualitasnya lebih bagus daripada kedelai lokal. Saya pernah mencoba menggunakan kedelai lokal, tetapi sering tidak jadi saat diolah untuk tahu & tempe," katanya. Ia mengaku hanya bisa pasrah dengan harga kedelai impor yang mahal tersebut.

Jika pada akhirnya tidak mampu lagi membeli bahan baku, menurut dia, usaha warisan secara turun-temurun yang telah berjalan selama 39 tahun itu terpaksa akan ditutup.

"Saya berharap harga kedelai impor dapat normal lagi, yakni kembali pada harga lama agar usaha saya tidak tutup," ucapnya.

Para pengusaha tahu & tempe Kabupaten Kotim meminta pemerintah daerah segera mengendalikan harga kedelai di pasaran yang saat ini relatif sangat mahal. Pada umumnya, kata dia, kedelai di pasar adalah stok lama. Namun, sekarang dijual dengan harga relatif mahal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement