REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan membahas dinamika politik terakhir Tanah Air dalam rapat khusus di kantor DPP Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, malam ini. Salah satu agenda yang menjadi pembahasan utama adalah tentang dinamika pencalonan presiden.
"Salah satu agendanya membahas wacana calon presiden," kata Wasekjen DPP PPP, Husnan Bey Fananie di Kompleks Parlemen Senayan, Jumat (30/8).
Husnan membantah pembahasan akan mengerucut pada upaya pencalonan ketua umum Suryadarma Ali sebagai capres pada pemilu 2014. Hal itu sejalan dengan kodisi riil kekuatan politik PPP di Tanah Air. "Kalau hari ini PPP partai penguasa pasti yang diusung Pak Suryadarma. Tapi hari ini PPP partai menengah ke bawah," ujarnya.
PPP sadar diri dengan perolehan suaranya yang terus menyusut dari tiap pemilu. Husnan menyatakan pada pemilu 1997 PPP memperoleh suara sebanyak 18 juta. Pada pemilu 1999 suara PPP turun ke angka 13,5 juta suara. Kemudian pemilu 2004 suara PPP menyusut ke angka 8,7 juta suara.
Terakhir, pada pemilu 2009 suara PPP terpuruk hanya dengan 5,6 juta suara. "Bahkan ada kekhawatiran kita tidak lolos parliamentary thereshold di pemilu 2014 mendatang," ujarnya.
Husnan menyatakan, suara partai Islam semakin menyusut seiring pemahaman politik masyarakat Indonesia yang kian terbuka. Masyarakat tak lagi melulu menjadikan dogma sebagai prefrensi politik. Dalam
konteks itu Husnan melihat partai Islam perlu berbebenah diri. "Partai Islam harus bisa mengaplikasikan idelogi dalam kehidupan sehari-hari," katanya.